Pengaturan


Tentukan Banyak Ayat Pada Surah Al-An'am
*Perhalaman


Pilih Tafsir


Pilih Qori


Pilih Gaya Tulisan Arab


Pilih Terjemahan


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَجَعَلَ ٱلظُّلُمَـٰتِ وَٱلنُّورَ ۖ ثُمَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ ( ١ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sifat kesempurnaan yang mutlak (absolut) dan pujian dengan kebaikan-kebaikan tertinggi disertai rasa cinta adalah milik Allah yang telah menciptakan langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya. Dan Dia juga menciptakan malam dan siang yang silih-berganti. Dia menciptakan malam untuk kegelapan dan menciptakan siang untuk cahaya yang terang. Namun demikian orang-orang kafir menyamakan Żāt-Nya dengan selain-Nya dan membuat sekutu bagi-Nya. (1)

al-ḥamdu lillahi alladhī khalaqa l-samāwāti wal-arḍa wajaʿala l-ẓulumāti wal-nūra thumma alladhīna kafarū birabbihim yaʿdilūna


هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن طِينٍ ثُمَّ قَضَىٰٓ أَجَلًا ۖ وَأَجَلٌ مُّسَمًّى عِندَهُۥ ۖ ثُمَّ أَنتُمْ تَمْتَرُونَ ( ٢ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dia lah -Subḥānahu- yang menciptakan kalian -wahai manusia- dari tanah liat ketika Dia menciptakan bapak kalian, Adam -‘Alaihissalām- dari tanah liat. Kemudian Dia memberi kalian waktu sejenak untuk mencicipi kehidupan dunia. Dan Dia juga memberi kalian batas waktu lain yang hanya diketahui oleh-Nya untuk membangkitkan kalian (dari kubur) di hari Kiamat. Kemudian kalian meragukan kemampuan-Nya -Subḥānahu- untuk membangkitkan kalian (dari kubur kalian). (2)

huwa alladhī khalaqakum min ṭīnin thumma qaḍā ajalan wa-ajalun musamman ʿindahu thumma antum tamtarūna


وَهُوَ ٱللَّهُ فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَفِى ٱلْأَرْضِ ۖ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ ( ٣ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Dia lah Rabb -Subḥānahu- yang berhak disembah di langit dan di bumi. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya. Dia mengetahui semua niat, ucapan, dan perbuatan yang kalian sembunyikan maupun yang kalian nyatakan. Dan Dia akan memberi kalian balasan yang setimpal dengannya. (3)

wahuwa l-lahu fī l-samāwāti wafī l-arḍi yaʿlamu sirrakum wajahrakum wayaʿlamu mā taksibūna


وَمَا تَأْتِيهِم مِّنْ ءَايَةٍ مِّنْ ءَايَـٰتِ رَبِّهِمْ إِلَّا كَانُوا۟ عَنْهَا مُعْرِضِينَ ( ٤ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Setiap hujah yang datang kepada orang-orang musyrik dari Rabb pasti mereka abaikan dan tidak mereka hiraukan. Telah datang kepada mereka hujah-hujah yang nyata dan bukti-bukti yang terang benderang yang menunjukkan keesaan Allah, dan juga telah datang kepada mereka mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kebenaran para rasul-Nya, tetapi mereka berpaling darinya dan tidak menghiraukannya. (4)

wamā tatīhim min āyatin min āyāti rabbihim illā kānū ʿanhā muʿ'riḍīna


فَقَدْ كَذَّبُوا۟ بِٱلْحَقِّ لَمَّا جَآءَهُمْ ۖ فَسَوْفَ يَأْتِيهِمْ أَنۢبَـٰٓؤُا۟ مَا كَانُوا۟ بِهِۦ يَسْتَهْزِءُونَ ( ٥ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan jika mereka berpaling dari hujah yang nyata dan bukti-bukti yang terang benderang itu, sesungguhnya mereka telah berpaling dari sesuatu yang lebih nyata dari itu. Mereka telah mendustakan Al-Qur`ān yang dibawa oleh Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Dan mereka akan tahu bahwa agama yang ia tawarkan kepada mereka itu merupakan agama yang benar. Yaitu tatkala mereka melihat azab Allah di hari Kiamat. (5)

faqad kadhabū bil-ḥaqi lammā jāahum fasawfa yatīhim anbāu mā kānū bihi yastahziūna


أَلَمْ يَرَوْا۟ كَمْ أَهْلَكْنَا مِن قَبْلِهِم مِّن قَرْنٍ مَّكَّنَّـٰهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّن لَّكُمْ وَأَرْسَلْنَا ٱلسَّمَآءَ عَلَيْهِم مِّدْرَارًا وَجَعَلْنَا ٱلْأَنْهَـٰرَ تَجْرِى مِن تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَـٰهُم بِذُنُوبِهِمْ وَأَنشَأْنَا مِنۢ بَعْدِهِمْ قَرْنًا ءَاخَرِينَ ( ٦ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Tidakkah orang-orang kafir itu mengetahui sunatullah dalam membinasakan umat-umat yang zalim? Sungguh, Allah telah membinasakan banyak sekali umat sebelum mereka yang telah diberikan kekuatan serta kemampuan untuk bertahan hidup di muka bumi yang belum pernah Dia berikan kepada kaum kafir tersebut. Dia telah menurunkan air hujan yang bertubi-tubi kepada mereka, dan Dia telah mengalirkan untuk mereka sungai-sungai di bawah tempat tinggal mereka, kemudian mereka durhaka kepada Allah. Maka Allah pun membinasakan mereka akibat perbuatan-perbuatan maksiat yang telah mereka lakukan. Dan sesudah itu Allah menciptakan umat-umat lainnya. (6)

alam yaraw kam ahlaknā min qablihim min qarnin makkannāhum fī l-arḍi mā lam numakkin lakum wa-arsalnā l-samāa ʿalayhim mid'rāran wajaʿalnā l-anhāra tajrī min taḥtihim fa-ahlaknāhum bidhunūbihim wa-anshanā min baʿdihim qarnan ākharīna


وَلَوْ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ كِتَـٰبًا فِى قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ لَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ إِنْ هَـٰذَآ إِلَّا سِحْرٌ مُّبِينٌ ( ٧ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Seandainya Kami turunkan kepadamu -wahai Rasul- sebuah kitab yang tertulis di atas kertas yang dapat mereka saksikan dengan mata kepala mereka dan mereka sentuh dengan tangan mereka, niscaya mereka tetap tidak beriman kepadanya karena kerasnya hati dan kepala mereka. Dan pasti mereka akan berkata, “Kitab yang kamu bawa itu tidak lebih dari sihir belaka, maka kami tidak akan beriman kepadanya.” (7)

walaw nazzalnā ʿalayka kitāban fī qir'ṭāsin falamasūhu bi-aydīhim laqāla alladhīna kafarū in hādhā illā siḥ'run mubīnun


وَقَالُوا۟ لَوْلَآ أُنزِلَ عَلَيْهِ مَلَكٌ ۖ وَلَوْ أَنزَلْنَا مَلَكًا لَّقُضِىَ ٱلْأَمْرُ ثُمَّ لَا يُنظَرُونَ ( ٨ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan orang-orang kafir itu akan berkata, “Seandainya Allah menurunkan bersama Muhammad seorang malaikat yang berbicara dengan kami dan bersaksi bahwa Muhammad adalah seorang rasul pasti kami akan beriman kepadanya.” Seandainya Kami benar-benar menurunkan seorang malaikat seperti yang mereka inginkan, niscaya Kami akan membinasakan mereka apabila mereka tidak mau beriman, dan mereka tidak akan diberi kesempatan untuk bertobat ketika malaikat tersebut turun. (8)

waqālū lawlā unzila ʿalayhi malakun walaw anzalnā malakan laquḍiya l-amru thumma lā yunẓarūna


وَلَوْ جَعَلْنَـٰهُ مَلَكًا لَّجَعَلْنَـٰهُ رَجُلًا وَلَلَبَسْنَا عَلَيْهِم مَّا يَلْبِسُونَ ( ٩ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Seandainya Kami menugaskan seorang malaikat sebagai rasul untuk mereka, niscaya Kami akan menjadikannya berwujud seorang laki-laki, agar mereka bisa mendengarnya dan menerima pesannya. Sebab, mereka tidak bisa melakukan hal itu bersama malaikat yang berada dalam wujud aslinya sebagaimana Allah menciptakannya. Dan seandainya Kami benar-benar menjadikan malaikat itu berwujud seorang laki-laki (manusia), niscaya urusannya akan rancu bagi mereka. (9)

walaw jaʿalnāhu malakan lajaʿalnāhu rajulan walalabasnā ʿalayhim mā yalbisūna


وَلَقَدِ ٱسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِّن قَبْلِكَ فَحَاقَ بِٱلَّذِينَ سَخِرُوا۟ مِنْهُم مَّا كَانُوا۟ بِهِۦ يَسْتَهْزِءُونَ ( ١٠ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Jika orang-orang itu mengolok-olok dirimu dengan menuntut diturunkannya seorang malaikat bersamamu, sesungguhnya umat-umat sebelum mereka telah mengolok-olok rasul-rasul mereka, kemudian mereka terkepung oleh azab yang tadinya mereka ingkari dan olok-olok ketika mereka diperingatkan akan hal itu. (10)

walaqadi us'tuh'zi-a birusulin min qablika faḥāqa bi-alladhīna sakhirū min'hum mā kānū bihi yastahziūna


قُلْ سِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ ثُمَّ ٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ ( ١١ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang yang telah mendustakan dan mengolok-olok itu, “Berjalanlah kalian di muka bumi. Kemudian pikirkanlah bagaimana akhir dari perjalanan orang-orang yang dahulu mendustakan para utusan Allah. Mereka benar-benar ditimpa hukuman dari Allah setelah sebelumnya mereka memiliki kekuatan dan ketahanan yang luar biasa.” (11)

qul sīrū fī l-arḍi thumma unẓurū kayfa kāna ʿāqibatu l-mukadhibīna


قُل لِّمَن مَّا فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ قُل لِّلَّهِ ۚ كَتَبَ عَلَىٰ نَفْسِهِ ٱلرَّحْمَةَ ۚ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلْقِيَـٰمَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ ۚ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ ( ١٢ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada mereka, “Siapakah pemilik langit dan bumi beserta isinya?” Katakanlah, “Semuanya milik Allah.” Dia telah menetapkan kasih sayang atas diri-Nya sebagai wujud kemurahan-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Maka Dia tidak tergesa-gesa menimpakan hukuman kepada mereka. Sekalipun mereka tidak bertobat Dia akan mengumpulkan mereka semua di hari Kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya sendiri dengan bersikap ingkar kepada Allah serta tidak mau beriman, sehingga mereka tidak bisa menyelamatkan diri mereka dari kerugian. (12)

qul liman mā fī l-samāwāti wal-arḍi qul lillahi kataba ʿalā nafsihi l-raḥmata layajmaʿannakum ilā yawmi l-qiyāmati lā rayba fīhi alladhīna khasirū anfusahum fahum lā yu'minūna


۞ وَلَهُۥ مَا سَكَنَ فِى ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ ( ١٣ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Allah adalah satu-satunya pemilik segala sesuatu, baik yang diam di malam hari maupun di siang hari. Dia lah Yang Maha Mendengar ucapan-ucapan mereka lagi Maha Mengetahui perbuatan-perbuatan mereka, dan akan memberikan balasan yang setimpal kepada mereka. (13)

walahu mā sakana fī al-layli wal-nahāri wahuwa l-samīʿu l-ʿalīmu


قُلْ أَغَيْرَ ٱللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يُطْعَمُ ۗ قُلْ إِنِّىٓ أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَسْلَمَ ۖ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ( ١٤ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang musyrik yang menyembah Allah bersama sembahan lain, entah itu berupa berhala maupun lainnya, “Apakah masuk akal bila aku menjadikan selain Allah sebagai pelindung dan penolong? Sedangkan Dia adalah Pencipta langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya. Sehingga tidak ada yang mendahului-Nya menciptakan langit dan bumi. Dia lah yang memberikan rezeki kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada seorang pun dari hamba-hamba-Nya yang memberikan rezeki kepada-Nya. Dia Mahakaya, tidak membutuhkan bantuan hamba-hamba-Nya. Sedangkan hamba-hamba-Nya membutuhkan pertolongan-Nya.” Katakanlah -wahai Rasul-, “Sesungguhnya aku diperintahkan oleh Rabbku -Subḥānahu- agar aku menjadi orang pertama di antara umat ini yang tunduk dan patuh kepada Allah. Dan Dia melarang diriku menjadi bagian dari orang-orang yang menyekutukan-Nya dengan sesuatu.” (14)

qul aghayra l-lahi attakhidhu waliyyan fāṭiri l-samāwāti wal-arḍi wahuwa yuṭ'ʿimu walā yuṭ'ʿamu qul innī umir'tu an akūna awwala man aslama walā takūnanna mina l-mush'rikīna


قُلْ إِنِّىٓ أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّى عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ ( ١٥ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul-, “Sesungguhnya aku takut bila aku durhaka kepada Allah dengan melakukan apa yang diharamkan bagiku, seperti menyekutukan Allah dan lain-lain, atau meninggalkan apa yang diperintahkan kepadaku, seperti beriman kepada Allah dan ibadah-ibadah lainnya, maka Allah akan menyiksaku dengan azab yang sangat besar di hari Kiamat.” (15)

qul innī akhāfu in ʿaṣaytu rabbī ʿadhāba yawmin ʿaẓīmin


مَّن يُصْرَفْ عَنْهُ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمَهُۥ ۚ وَذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْمُبِينُ ( ١٦ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Barangsiapa yang dijauhkan oleh Allah dari azab di hari Kiamat itu, maka ia telah memenangkan kasih sayang Allah. Selamat dan terhindar dari azab tersebut merupakan kemenangan nyata yang tidak ada bandingannya dengan kemenangan apa pun. (16)

man yuṣ'raf ʿanhu yawma-idhin faqad raḥimahu wadhālika l-fawzu l-mubīnu


وَإِن يَمْسَسْكَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِن يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ ( ١٧ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Apabila kamu -wahai anak Adam- mendapatkan cobaan dari Allah tidak ada yang dapat memalingkannya darimu selain Allah. Dan apabila kamu mendapatkan kebaikan dari-Nya tidak ada yang dapat menghalanginya dan tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Karena Dia adalah Tuhan Yang Mahakuasa atas segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan-Nya. (17)

wa-in yamsaska l-lahu biḍurrin falā kāshifa lahu illā huwa wa-in yamsaska bikhayrin fahuwa ʿalā kulli shayin qadīrun


وَهُوَ ٱلْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلْحَكِيمُ ٱلْخَبِيرُ ( ١٨ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dia lah Tuhan Yang Maha Menang terhadap hamba-hamba-Nya serta Żāt yang menundukkan mereka. Mahatinggi dari mereka dalam segala hal dan tidak bisa dilemahkan oleh apa pun, serta tidak terkalahkan oleh siapa pun. Semuanya tunduk kepadaNya. Dia berada di atas hamba-hamba-Nya dalam bentuk yang sesuai dengan keagungan-Nya -Subḥānahu-. Dia lah Yang Maha Bijaksana dalam menciptakan sesuatu, mengatur makhluk-Nya dan menetapkan syariat-Nya, lagi Maha Mengetahui, sehingga tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya. (18)

wahuwa l-qāhiru fawqa ʿibādihi wahuwa l-ḥakīmu l-khabīru


قُلْ أَىُّ شَىْءٍ أَكْبَرُ شَهَـٰدَةً ۖ قُلِ ٱللَّهُ ۖ شَهِيدٌۢ بَيْنِى وَبَيْنَكُمْ ۚ وَأُوحِىَ إِلَىَّ هَـٰذَا ٱلْقُرْءَانُ لِأُنذِرَكُم بِهِۦ وَمَنۢ بَلَغَ ۚ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ ٱللَّهِ ءَالِهَةً أُخْرَىٰ ۚ قُل لَّآ أَشْهَدُ ۚ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَـٰهٌ وَٰحِدٌ وَإِنَّنِى بَرِىٓءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ ( ١٩ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang musyrik yang mendustakan kamu, “Siapakah yang paling agung dan kesaksiannya paling penting di atas kejujuranku?” Katakanlah, “Allah-lah yang paling agung dan kesaksian yang paling penting di atas kejujuranku. Dia adalah saksi antara diriku dan kalian. Dia mengetahui apa yang kubawa kepada kalian dan jawaban yang akan kalian berikan. Allah telah mewahyukan Al-Qur`ān ini kepadaku untuk memberikan peringatan kepada kalian dan kepada siapa pun yang mendengarnya, baik dari bangsa manusia maupun bangsa jin. Sesungguhnya kalian wahai orang-orang musyrik percaya bahwa di samping Allah ada sembahan-sembahan yang lain. Katakanlah -wahai Rasul-, “Aku tidak mau bersaksi atas apa yang kalian percayai itu karena kepercayaan tersebut batil. Sesungguhnya Allah adalah satu-satunya Rabb yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu jadikan sekutu dengan-Nya." (19)

qul ayyu shayin akbaru shahādatan quli l-lahu shahīdun baynī wabaynakum waūḥiya ilayya hādhā l-qur'ānu li-undhirakum bihi waman balagha a-innakum latashhadūna anna maʿa l-lahi ālihatan ukh'rā qul lā ashhadu qul innamā huwa ilāhun wāḥidun wa-innanī barīon mimmā tush'rikūna


ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَـٰهُمُ ٱلْكِتَـٰبَ يَعْرِفُونَهُۥ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَآءَهُمُ ۘ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ ( ٢٠ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Orang-orang Yahudi yang Kami beri kitab suci Taurat dan orang-orang Nasrani yang Kami beri kitab suci Injil mengenal dengan baik figur Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri di antara anak-anak orang lain. Mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri dengan memasukkan diri sendiri ke dalam Neraka, karena mereka tidak mau beriman. (20)

alladhīna ātaynāhumu l-kitāba yaʿrifūnahu kamā yaʿrifūna abnāahumu alladhīna khasirū anfusahum fahum lā yu'minūna


وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِـَٔايَـٰتِهِۦٓ ۗ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلظَّـٰلِمُونَ ( ٢١ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Tidak ada orang yang lebih berat kezalimannya daripada orang yang menyatakan bahwa Allah mempunyai sekutu kemudian menyembah sekutu itu bersama-Nya. Atau orang yang mendustakan ayat-ayat yang Dia turunkan kepada rasul-Nya. Sesungguhnya orang-orang yang zalim karena menyatakan bahwa Allah mempunyai sekutu dan mendustakan ayat-ayat-Nya itu selamanya tidak akan beruntung, jika mereka tidak bertobat. (21)

waman aẓlamu mimmani if'tarā ʿalā l-lahi kadhiban aw kadhaba biāyātihi innahu lā yuf'liḥu l-ẓālimūna


وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوٓا۟ أَيْنَ شُرَكَآؤُكُمُ ٱلَّذِينَ كُنتُمْ تَزْعُمُونَ ( ٢٢ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan ingatlah akan hari Kiamat ketika Kami mengumpulkan mereka semua. Kami tidak akan meninggalkan seorang pun dari mereka. Kemudian Kami berfirman kepada orang-orang yang menyembah tuhan lain di samping menyembah Allah untuk mengecam tindakan mereka, “Di mana tuhan-tuhan yang dahulu kamu anggap sebagai sekutu-sekutu Allah?” (22)

wayawma naḥshuruhum jamīʿan thumma naqūlu lilladhīna ashrakū ayna shurakāukumu alladhīna kuntum tazʿumūna


ثُمَّ لَمْ تَكُن فِتْنَتُهُمْ إِلَّآ أَن قَالُوا۟ وَٱللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ ( ٢٣ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Kemudian alasan yang mereka kemukakan setelah melalui ujian ini tidak lain hanyalah mereka berlepas diri dari sembahan-sembahan mereka. Dan mereka berdusta dengan mengatakan, “Demi Allah, Rabb kami, sesungguhnya kami tidak pernah menyekutukan-Mu, melainkan beriman kepada-Mu dan mengesakan-Mu." (23)

thumma lam takun fit'natuhum illā an qālū wal-lahi rabbinā mā kunnā mush'rikīna


ٱنظُرْ كَيْفَ كَذَبُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ ۚ وَضَلَّ عَنْهُم مَّا كَانُوا۟ يَفْتَرُونَ ( ٢٤ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Lihatlah -wahai Muhammad- bagaimana mereka membohongi diri mereka sendiri dengan mengatakan bahwa mereka tidak berbuat syirik dan tuhan-tuhan yang mereka sembah di samping mereka menyembah Allah selama hidup di dunia telah melupakan dan menelantarkan mereka? (24)

unẓur kayfa kadhabū ʿalā anfusihim waḍalla ʿanhum mā kānū yaftarūna


وَمِنْهُم مَّن يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ ۖ وَجَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَن يَفْقَهُوهُ وَفِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَقْرًا ۚ وَإِن يَرَوْا۟ كُلَّ ءَايَةٍ لَّا يُؤْمِنُوا۟ بِهَا ۚ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءُوكَ يُجَـٰدِلُونَكَ يَقُولُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ إِنْ هَـٰذَآ إِلَّآ أَسَـٰطِيرُ ٱلْأَوَّلِينَ ( ٢٥ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Di antara orang-orang musyrik itu ada orang yang mendengarkanmu -wahai Rasul- ketika kamu membaca Al-Qur`ān. Tetapi tidak mendapatkan manfaat apa pun dari apa yang mereka dengarkan. Karena Kami telah menyelimuti hati mereka dengan penutup sehingga mereka tidak bisa memahami Al-Qur`ān. Hal itu disebabkan oleh sikap mereka yang menolak keras dan berpaling darinya. Dan Kami telah membuat telinga mereka tuli terhadap hal-hal yang bermanfaat, walaupun mereka melihat bukti-bukti yang nyata dan hujah-hujah yang jelas mereka tidak akan beriman kepadanya. Bahkan ketika mereka datang kepadamu untuk berdebat melawan kebenaran dengan kebatilan, mereka berkata, “Kitab yang kamu datangkan itu hanyalah kutipan dari kitab-kitab terdahulu.” (25)

wamin'hum man yastamiʿu ilayka wajaʿalnā ʿalā qulūbihim akinnatan an yafqahūhu wafī ādhānihim waqran wa-in yaraw kulla āyatin lā yu'minū bihā ḥattā idhā jāūka yujādilūnaka yaqūlu alladhīna kafarū in hādhā illā asāṭīru l-awalīna


وَهُمْ يَنْهَوْنَ عَنْهُ وَيَنْـَٔوْنَ عَنْهُ ۖ وَإِن يُهْلِكُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ ( ٢٦ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Mereka melarang masyarakat percaya kepada rasul dan mereka sendiri pun menjauhinya. Mereka tidak membiarkan seorang pun mengambil manfaat darinya dan mereka sendiri juga tidak mengambil manfaat darinya. Dengan perbuatan mereka itu sesungguhnya mereka tidak mencelakakan siapa pun selain diri mereka sendiri. Tetapi mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu akan mencelakakan diri mereka sendiri. (26)

wahum yanhawna ʿanhu wayanawna ʿanhu wa-in yuh'likūna illā anfusahum wamā yashʿurūna


وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذْ وُقِفُوا۟ عَلَى ٱلنَّارِ فَقَالُوا۟ يَـٰلَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِـَٔايَـٰتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ ( ٢٧ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Seandainya kamu -wahai Rasul- melihat mereka di hari Kiamat ketika mereka dihadapkan pada api Neraka, lalu mereka mengungkapkan penyesalan mereka dengan mengatakan, “Oh, kiranya kami dikembalikan kepada kehidupan dunia, lalu kami tidak mendustakan ayat-ayat Allah, dan kami termasuk orang-orang yang beriman kepada Allah,” niscaya kamu akan melihat pemandangan yang menakjubkan dari buruknya keadaan mereka. (27)

walaw tarā idh wuqifū ʿalā l-nāri faqālū yālaytanā nuraddu walā nukadhiba biāyāti rabbinā wanakūna mina l-mu'minīna


بَلْ بَدَا لَهُم مَّا كَانُوا۟ يُخْفُونَ مِن قَبْلُ ۖ وَلَوْ رُدُّوا۟ لَعَادُوا۟ لِمَا نُهُوا۟ عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَـٰذِبُونَ ( ٢٨ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sesungguhnya masalahnya tidak seperti yang mereka katakan, bahwa seandainya mereka dikembalikan ke dunia niscaya mereka akan beriman. Justru yang muncul dari mereka ialah apa yang dahulu mereka sembunyikan. Yaitu ucapan mereka, “Demi Allah, dahulu kami bukanlah orang-orang musyrik.” Hal itu terjadi ketika anggota badan mereka memberikan kesaksian yang merugikan mereka. Dan seandainya mereka benar-benar dikembalikan ke dunia, niscaya mereka akan kembali melakukan apa yang dilarang bagi mereka, seperti berbuat kufur dan syirik. Sesungguhnya mereka berbohong dalam janji mereka untuk beriman apabila mereka dikembalikan ke dunia. (28)

bal badā lahum mā kānū yukh'fūna min qablu walaw ruddū laʿādū limā nuhū ʿanhu wa-innahum lakādhibūna


وَقَالُوٓا۟ إِنْ هِىَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ ( ٢٩ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan orang-orang musyrik itu berkata, “Tidak ada kehidupan lain selain kehidupan yang sedang kita jalani. Dan kita tidak akan dibangkitkan (dari kubur) untuk menjalani hisab (perhitungan amal).” (29)

waqālū in hiya illā ḥayātunā l-dun'yā wamā naḥnu bimabʿūthīna


وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذْ وُقِفُوا۟ عَلَىٰ رَبِّهِمْ ۚ قَالَ أَلَيْسَ هَـٰذَا بِٱلْحَقِّ ۚ قَالُوا۟ بَلَىٰ وَرَبِّنَا ۚ قَالَ فَذُوقُوا۟ ٱلْعَذَابَ بِمَا كُنتُمْ تَكْفُرُونَ ( ٣٠ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Seandainya kamu -wahai Rasul- melihat ketika orang-orang yang mengingkari kebangkitan dari kubur itu berdiri di hadapan Rabb mereka, niscaya kamu akan melihat pemandangan yang menakjubkan dari buruknya keadaan mereka. Yaitu ketika Allah bertanya kepada mereka, “Bukankah kebangkitan dari kubur yang dahulu kalian anggap mendustakannya ini benar dan nyata, tidak ada keraguan terhadapnya?” Mereka menjawab, “Kami bersumpah demi Rabb kami yang telah menciptakan kami bahwa kebangkitan dari kubur itu benar dan nyata, tidak ada keraguan terhadapnya.” Ketika itulah Allah berfirman kepada mereka, “Rasakanlah azab ini karena kalian telah mengingkari hari kebangkitan yang dahulu kalian mendustakannya selama hidup kalian di dunia!” (30)

walaw tarā idh wuqifū ʿalā rabbihim qāla alaysa hādhā bil-ḥaqi qālū balā warabbinā qāla fadhūqū l-ʿadhāba bimā kuntum takfurūna


قَدْ خَسِرَ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِلِقَآءِ ٱللَّهِ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَتْهُمُ ٱلسَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُوا۟ يَـٰحَسْرَتَنَا عَلَىٰ مَا فَرَّطْنَا فِيهَا وَهُمْ يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ عَلَىٰ ظُهُورِهِمْ ۚ أَلَا سَآءَ مَا يَزِرُونَ ( ٣١ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sungguh merugi orang-orang yang telah mendustakan kebangkitan dari kubur pada hari Kiamat dan menganggap mustahil pertemuan dengan Allah. Sampai ketika hari Kiamat datang dengan tiba-tiba tanpa diketahui sebelumnya mereka mengungkapkan penyesalan mereka yang sangat dalam dengan mengatakan, “Oh, alangkah besarnya penyesalan kami dan betapa besarnya kekecewaan kami atas kelalaian kami dalam menjalankan perintah Allah. Kami ingkar kepada-Nya dan tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi hari Kiamat.” Sementara mereka memikul kesalahan-kesalahan mereka di atas punggung mereka. Ingatlah, sungguh buruk kesalahan-kesalahan yang mereka pikul itu. (31)

qad khasira alladhīna kadhabū biliqāi l-lahi ḥattā idhā jāathumu l-sāʿatu baghtatan qālū yāḥasratanā ʿalā mā farraṭnā fīhā wahum yaḥmilūna awzārahum ʿalā ẓuhūrihim alā sāa mā yazirūna


وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ ٱلْـَٔاخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ ( ٣٢ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan kehidupan dunia yang mereka cintai itu tidak lain hanyalah permainan dan tipu daya belaka bagi orang yang tidak mau melakukan apa yang diridai Allah. Sedangkan negeri Akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang takut kepada Allah dengan melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka, yaitu beriman dan patuh kepada-Nya, dan meninggalkan apa yang terlarang bagi mereka, yaitu berbuat syirik dan melakukan maksiat. Tidakkah kalian memikirkan hal itu, wahai orang-orang musyrik? Sehingga kalian nantinya akan beriman dan beramal saleh. (32)

wamā l-ḥayatu l-dun'yā illā laʿibun walahwun walalddāru l-ākhiratu khayrun lilladhīna yattaqūna afalā taʿqilūna


قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُۥ لَيَحْزُنُكَ ٱلَّذِى يَقُولُونَ ۖ فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَـٰكِنَّ ٱلظَّـٰلِمِينَ بِـَٔايَـٰتِ ٱللَّهِ يَجْحَدُونَ ( ٣٣ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Kami mengetahui -wahai Rasul- bahwa sikap mereka yang mendustakan dirimu secara lahiriah itu telah membuat kamu bersedih. Tetapi ketahuilah sesungguhnya mereka itu tidak mendustakan kamu di dalam hati mereka. Karena mereka mengetahui bagaimana kejujuran dan amanahmu. Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang zalim karena mereka telah menolak perintahmu secara terang-terangan, namun sebenarnya hati mereka meyakini. (33)

qad naʿlamu innahu layaḥzunuka alladhī yaqūlūna fa-innahum lā yukadhibūnaka walākinna l-ẓālimīna biāyāti l-lahi yajḥadūna


وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّن قَبْلِكَ فَصَبَرُوا۟ عَلَىٰ مَا كُذِّبُوا۟ وَأُوذُوا۟ حَتَّىٰٓ أَتَىٰهُمْ نَصْرُنَا ۚ وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَـٰتِ ٱللَّهِ ۚ وَلَقَدْ جَآءَكَ مِن نَّبَإِى۟ ٱلْمُرْسَلِينَ ( ٣٤ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan janganlah kamu menyangka bahwa pendustaan itu hanya dialami oleh agama yang kamu bawa saja. Sebab, para rasul sebelummu juga didustakan dan disakiti oleh kaumnya. Tetapi mereka menghadapinya dengan sabar. Mereka terus berdakwah dan berjuang di jalan Allah sampai pertolongan dari Allah tiba. Tidak ada seorang pun yang dapat merubah kemenangan yang telah Allah tuliskan dan telah Dia janjikan kepada para rasul-Nya. Dan telah datang kepadamu -wahai Rasul- berita tentang para rasul serta segala rintangan yang mereka hadapi dari perilaku umat mereka dan pertolongan yang Allah berikan kepada mereka untuk mengalahkan dan membinasakan musuh-musuh mereka. (34)

walaqad kudhibat rusulun min qablika faṣabarū ʿalā mā kudhibū waūdhū ḥattā atāhum naṣrunā walā mubaddila likalimāti l-lahi walaqad jāaka min naba-i l-mur'salīna


وَإِن كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ ٱسْتَطَعْتَ أَن تَبْتَغِىَ نَفَقًا فِى ٱلْأَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِى ٱلسَّمَآءِ فَتَأْتِيَهُم بِـَٔايَةٍ ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى ٱلْهُدَىٰ ۚ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلْجَـٰهِلِينَ ( ٣٥ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Jika kamu -wahai Rasul- merasa berat menghadapi sikap orang-orang yang mendustakanmu dan berpaling dari kebenaran yang kamu tawarkan kepada mereka, maka jika kamu sanggup mencari terowongan yang menembus bumi atau tangga yang menjulang ke langit, kemudian kamu bisa mendapatkan hujah-hujah dan bukti-bukti di luar apa yang Aku berikan kepadamu, lakukanlah. Seandainya Allah berkehendak menyatukan mereka pada petunjuk (agama) yang kamu bawa pasti Dia telah menyatukan mereka. Akan tetapi Allah tidak menghendaki hal itu karena ada hikmah yang sangat berharga. Maka, jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang bodoh karena hal itu. Yaitu dengan membiarkan dirimu larut dalam kesedihan karena memikirkan mereka yang tidak mau beriman. (35)

wa-in kāna kabura ʿalayka iʿ'rāḍuhum fa-ini is'taṭaʿta an tabtaghiya nafaqan fī l-arḍi aw sullaman fī l-samāi fatatiyahum biāyatin walaw shāa l-lahu lajamaʿahum ʿalā l-hudā falā takūnanna mina l-jāhilīna


۞ إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ ٱلَّذِينَ يَسْمَعُونَ ۘ وَٱلْمَوْتَىٰ يَبْعَثُهُمُ ٱللَّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ ( ٣٦ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sesungguhnya yang mau menerima agama yang kamu bawa hanyalah orang-orang yang bisa mendengar dan memahami kata-kata. Sedangkan orang-orang kafir adalah orang-orang mati yang tidak punya kemampuan untuk itu. Karena hati mereka telah mati. Dan orang-orang yang mati itu akan dibangkitkan kembali oleh Allah kelak pada hari Kiamat. Kemudian mereka semua akan dikembalikan kepada-Nya untuk menerima balasan yang setimpal atas perbuatan mereka. (36)

innamā yastajību alladhīna yasmaʿūna wal-mawtā yabʿathuhumu l-lahu thumma ilayhi yur'jaʿūna


وَقَالُوا۟ لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ ءَايَةٌ مِّن رَّبِّهِۦ ۚ قُلْ إِنَّ ٱللَّهَ قَادِرٌ عَلَىٰٓ أَن يُنَزِّلَ ءَايَةً وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ ( ٣٧ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Orang-orang musyrik mengajukan tuntutan yang menyulitkan untuk menunda-nunda keimanan mereka dengan mengatakan, “Mengapa tidak diturunkan kepada Muhammad suatu tanda yang luar biasa sebagai bukti dari Rabbnya bahwa agama yang dibawanya itu benar?” Katakanlah -wahai Rasul-, “Sesungguhnya Allah mampu menurunkan bukti yang mereka inginkan itu. Tetapi kebanyakan dari orang-orang musyrik yang mengajukan tuntutan itu tidak tahu bahwa turunnya tanda-tanda yang luar biasa itu disesuaikan dengan kebijaksanaan Allah -Ta'ālā-, bukan disesuaikan dengan tuntutan mereka. Karena seandainya Allah benar-benar menurunkannya kemudian mereka tidak mau beriman, pasti Allah akan membinasakan mereka." (37)

waqālū lawlā nuzzila ʿalayhi āyatun min rabbihi qul inna l-laha qādirun ʿalā an yunazzila āyatan walākinna aktharahum lā yaʿlamūna


وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا طَـٰٓئِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّآ أُمَمٌ أَمْثَالُكُم ۚ مَّا فَرَّطْنَا فِى ٱلْكِتَـٰبِ مِن شَىْءٍ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ ( ٣٨ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Setiap binatang yang bergerak di muka bumi dan burung yang terbang di langit adalah bangsa seperti kalian -wahai Anak Adam- yang diciptakan oleh Allah dan membutuhkan rezeki. Tidak ada sesuatu pun yang Kami abaikan di loh mahfuz, karena semuanya telah Kami tetapkan. Dan semuanya diketahui oleh Allah. Kemudian mereka semua akan dikumpulkan di hadapan Rabb mereka di hari Kiamat untuk menerima keputusan dari-Nya. Lalu masing-masing akan menerima balasan yang setimpal dengan amal perbuatannya. (38)

wamā min dābbatin fī l-arḍi walā ṭāirin yaṭīru bijanāḥayhi illā umamun amthālukum mā farraṭnā fī l-kitābi min shayin thumma ilā rabbihim yuḥ'sharūna


وَٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَـٰتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِى ٱلظُّلُمَـٰتِ ۗ مَن يَشَإِ ٱللَّهُ يُضْلِلْهُ وَمَن يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ ( ٣٩ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami laksana orang-orang tuli yang tidak bisa mendengar dan orang-orang bisu yang tidak bisa berbicara. Di samping itu mereka juga berada di dalam kegelapan yang membuat mereka tidak bisa melihat apa-apa. Jadi mana mungkin orang-orang seperti itu bisa menemukan jalan yang benar? Siapa saja yang Allah kehendaki dari kalangan manusia untuk disesatkan, Dia pasti akan menyesatkannya. Dan siapa saja yang Dia kehendaki untuk diberi petunjuk, Dia pasti memberinya petunjuk dengan menempatkannya di jalan lurus yang tidak berkelok-kelok. (39)

wa-alladhīna kadhabū biāyātinā ṣummun wabuk'mun fī l-ẓulumāti man yasha-i l-lahu yuḍ'lil'hu waman yasha yajʿalhu ʿalā ṣirāṭin mus'taqīmin


قُلْ أَرَءَيْتَكُمْ إِنْ أَتَىٰكُمْ عَذَابُ ٱللَّهِ أَوْ أَتَتْكُمُ ٱلسَّاعَةُ أَغَيْرَ ٱللَّهِ تَدْعُونَ إِن كُنتُمْ صَـٰدِقِينَ ( ٤٠ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang musyrik, “Katakan padaku, jikalau azab Allah atau hari Kiamat yang telah dijanjikan kepada kalian benar-benar datang kepada kalian, apakah ketika itu kalian akan memanjatkan doa kepada selain Allah untuk menyingkirkan bencana dan kesulitan yang menimpa kalian itu, apabila kalian sungguh-sungguh dengan pengakuan kalian bahwa tuhan-tuhan yang kalian sembah itu dapat mendatangkan manfaat dan menolak mudarat?! (40)

qul ara-aytakum in atākum ʿadhābu l-lahi aw atatkumu l-sāʿatu aghayra l-lahi tadʿūna in kuntum ṣādiqīna


بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِن شَآءَ وَتَنسَوْنَ مَا تُشْرِكُونَ ( ٤١ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Yang pasti ketika itu kalian tidak akan memanjatkan doa kecuali kepada Allah yang telah menciptakan kalian agar Dia menghindarkan kalian dari bencana dan melenyapkan kesulitan kalian. Karena hanya Dia lah yang mampu melakukan hal itu. Sedangkan tuhan-tuhan lain yang kalian sembah bersama Allah pasti akan kalian tinggalkan, karena kalian tahu bahwa mereka tidak dapat mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat. (41)

bal iyyāhu tadʿūna fayakshifu mā tadʿūna ilayhi in shāa watansawna mā tush'rikūna


وَلَقَدْ أَرْسَلْنَآ إِلَىٰٓ أُمَمٍ مِّن قَبْلِكَ فَأَخَذْنَـٰهُم بِٱلْبَأْسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ ( ٤٢ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengutus banyak rasul kepada umat-umat sebelum kamu -wahai Rasul- kemudian mereka mendustakan para rasul tersebut dan berpaling dari ajaran yang dibawanya. Maka Kami hukum mereka dengan kesusahan seperti kemiskinan dan musibah pada tubuh mereka seperti penyakit supaya mereka mau tunduk dan patuh kepada Rabb mereka. (42)

walaqad arsalnā ilā umamin min qablika fa-akhadhnāhum bil-basāi wal-ḍarāi laʿallahum yataḍarraʿūna


فَلَوْلَآ إِذْ جَآءَهُم بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا۟ وَلَـٰكِن قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيْطَـٰنُ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ( ٤٣ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sekiranya ketika hukuman Kami tiba mereka itu mau tunduk dan patuh kepada Allah agar Dia mengangkat hukuman tersebut, niscaya Kami akan mengasihani mereka. Tetapi mereka tidak melakukannya. Justru hati mereka menjadi keras, tidak mau mengambil pelajaran dan nasihat yang ada. Setan telah membuat kekafiran dan kemaksiatan yang mereka lakukan itu tampak bagus di mata mereka, sehingga mereka terus melanjutkan perbuatan tersebut. (43)

falawlā idh jāahum basunā taḍarraʿū walākin qasat qulūbuhum wazayyana lahumu l-shayṭānu mā kānū yaʿmalūna


فَلَمَّا نَسُوا۟ مَا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَٰبَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُوا۟ بِمَآ أُوتُوٓا۟ أَخَذْنَـٰهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ ( ٤٤ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Setelah mereka mengabaikan peringatan yang diberikan kepada mereka -berupa kemiskinan yang parah dan penyakit berat- dan tidak mau melaksanakan perintah-perintah Allah, maka Kami beri mereka istidraj dengan cara membuka pintu rezeki seluas-luasnya kepada mereka, memberi mereka kekayaan yang melimpah, mengembalikan kesehatan mereka setelah mengidap penyakit berat. Sampai ketika mereka dihinggapi kesombongan dan keangkuhan atas kenikmatan hidup yang mereka rasakan, tiba-tiba azab Kami datang kepada mereka secara mendadak. Dan seketika itu juga mereka kebingungan dan putus asa tanpa ada harapan lagi. (44)

falammā nasū mā dhukkirū bihi fataḥnā ʿalayhim abwāba kulli shayin ḥattā idhā fariḥū bimā ūtū akhadhnāhum baghtatan fa-idhā hum mub'lisūna


فَقُطِعَ دَابِرُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ ۚ وَٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَـٰلَمِينَ ( ٤٥ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Maka orang-orang kafir itu pun diputus generasi penerusnya dengan cara dibinasakan semua populasinya. Sementara para utusan Allah diberikan pertolongan. Ungkapan rasa syukur dan pujian hanya diperuntukkan bagi Allah semata, Rabb alam semesta yang telah membinasakan musuh-musuh-Nya dan menolong para pendukung-Nya. (45)

faquṭiʿa dābiru l-qawmi alladhīna ẓalamū wal-ḥamdu lillahi rabbi l-ʿālamīna


قُلْ أَرَءَيْتُمْ إِنْ أَخَذَ ٱللَّهُ سَمْعَكُمْ وَأَبْصَـٰرَكُمْ وَخَتَمَ عَلَىٰ قُلُوبِكُم مَّنْ إِلَـٰهٌ غَيْرُ ٱللَّهِ يَأْتِيكُم بِهِ ۗ ٱنظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ ٱلْـَٔايَـٰتِ ثُمَّ هُمْ يَصْدِفُونَ ( ٤٦ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang musyrik, “Katakan padaku, jikalau Allah membuat kalian tuli dengan cara mengambil pendengaran kalian, membuat kalian buta dengan mengambil penglihatan kalian, dan mengunci mati hati kalian sehingga kalian tidak mengerti apa-apa, siapakah tuhan yang dapat memberikan apa yang hilang darimu itu?” Renungkanlah -wahai Rasul- bagaimana Kami menjelaskan banyak hujah dan memberikan beragam bukti kepada mereka tetapi kemudian mereka berpaling darinya. (46)

qul ara-aytum in akhadha l-lahu samʿakum wa-abṣārakum wakhatama ʿalā qulūbikum man ilāhun ghayru l-lahi yatīkum bihi unẓur kayfa nuṣarrifu l-āyāti thumma hum yaṣdifūna


قُلْ أَرَءَيْتَكُمْ إِنْ أَتَىٰكُمْ عَذَابُ ٱللَّهِ بَغْتَةً أَوْ جَهْرَةً هَلْ يُهْلَكُ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلظَّـٰلِمُونَ ( ٤٧ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah kepada mereka -wahai Rasul-, “Katakan padaku, jikalau azab Allah datang kepada kalian dengan tiba-tiba tanpa kalian sadari, atau datang kepada kalian secara terangan-terangan dan terbuka, sesungguhnya tidak ada yang dibinasakan dengan azab itu kecuali orang-orang yang zalim lantaran perilaku mereka yang ingkar kepada Allah dan mendustakan Rasul-Nya." (47)

qul ara-aytakum in atākum ʿadhābu l-lahi baghtatan aw jahratan hal yuh'laku illā l-qawmu l-ẓālimūna


وَمَا نُرْسِلُ ٱلْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ ۖ فَمَنْ ءَامَنَ وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ( ٤٨ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul Kami melainkan untuk memberitahu orang-orang yang beriman dan patuh kepada-Ku kabar yang menggembirakan berupa kenikmatan abadi yang tidak akan habis serta putus dan memperingatkan orang-orang yang ingkar dan durhaka kepada-Ku akan adanya azab-Ku yang sangat pedih. Barangsiapa yang beriman kepada para rasul dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran atas mereka tentang masa depan mereka di Akhirat, dan tidak ada kesedihan serta penyesalan bagi mereka atas kekayaan duniawi yang luput darinya. (48)

wamā nur'silu l-mur'salīna illā mubashirīna wamundhirīna faman āmana wa-aṣlaḥa falā khawfun ʿalayhim walā hum yaḥzanūna


وَٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَـٰتِنَا يَمَسُّهُمُ ٱلْعَذَابُ بِمَا كَانُوا۟ يَفْسُقُونَ ( ٤٩ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sedangkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami akan ditimpa azab yang pedih karena mereka keluar dari kepatuhan kepada Allah. (49)

wa-alladhīna kadhabū biāyātinā yamassuhumu l-ʿadhābu bimā kānū yafsuqūna


قُل لَّآ أَقُولُ لَكُمْ عِندِى خَزَآئِنُ ٱللَّهِ وَلَآ أَعْلَمُ ٱلْغَيْبَ وَلَآ أَقُولُ لَكُمْ إِنِّى مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰٓ إِلَىَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلْأَعْمَىٰ وَٱلْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ ( ٥٠ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang musyrik, “Aku tidak mengatakan kepada kalian bahwa aku mempunyai wewenang atas perbendaharaan Allah berupa rezeki sehingga aku bisa mengaturnya sesuka hatiku. Aku juga tidak mengatakan kepada kalian bahwa aku mengetahui perkara gaib selain apa yang Allah beritahukan kepadaku melalui wahyu. Dan aku juga tidak mengatakan kepada kalian bahwa aku adalah seorang malaikat. Karena aku adalah utusan dari Allah, aku tidak mungkin mengikuti apa pun selain apa yang diwahyukan kepadaku. Dan aku tidak mungkin mengakui sesuatu yang bukan milikku.” Dan katakan -wahai Rasul- kepada mereka, “Apakah sama orang kafir yang mata hatinya buta terhadap kebenaran dengan orang mukmin yang mata hatinya melihat kebenaran dengan jelas kemudian beriman kepadanya? Tidakkah kalian -wahai orang-orang musyrik- mau memikirkan menggunakan akal kalian tanda-tanda yang ada di sekitar kalian?” (50)

qul lā aqūlu lakum ʿindī khazāinu l-lahi walā aʿlamu l-ghayba walā aqūlu lakum innī malakun in attabiʿu illā mā yūḥā ilayya qul hal yastawī l-aʿmā wal-baṣīru afalā tatafakkarūna


وَأَنذِرْ بِهِ ٱلَّذِينَ يَخَافُونَ أَن يُحْشَرُوٓا۟ إِلَىٰ رَبِّهِمْ ۙ لَيْسَ لَهُم مِّن دُونِهِۦ وَلِىٌّ وَلَا شَفِيعٌ لَّعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ ( ٥١ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan dengan Al-Qur`ān ini berikanlah peringatan -wahai Rasul- kepada orang-orang yang takut akan dikumpulkan kepada Rabbnya kelak pada hari Kiamat, yang tidak ada penolong yang dapat memberikan manfaat bagi mereka dan tidak ada pelindung yang dapat melindungi mereka dari mara bahaya kecuali Allah. Mudah-mudahan mereka merasa takut kepada Allah dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan manfaat dari Al-Qur`ān. (51)

wa-andhir bihi alladhīna yakhāfūna an yuḥ'sharū ilā rabbihim laysa lahum min dūnihi waliyyun walā shafīʿun laʿallahum yattaqūna


وَلَا تَطْرُدِ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِم مِّن شَىْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِم مِّن شَىْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ ( ٥٢ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Janganlah kamu -wahai Rasul- menjauhkan dari majelismu orang-orang miskin dari kalangan muslimin yang senantiasa beribadah kepada Allah di waktu pagi dan petang hari secara ikhlas. Janganlah kamu mengusir mereka karena kamu ingin meluluhkan hati para pembesar orang-orang musyrik. Kamu sama sekali tidak bertanggung jawab atas perbuatan orang-orang miskin itu. Karena tanggung jawab mereka ada di sisi Allah. Sungguh, jika kamu mengusir mereka dari majelismu, kamu akan termasuk orang-orang yang melanggar aturan Allah. (52)

walā taṭrudi alladhīna yadʿūna rabbahum bil-ghadati wal-ʿashiyi yurīdūna wajhahu mā ʿalayka min ḥisābihim min shayin wamā min ḥisābika ʿalayhim min shayin fataṭrudahum fatakūna mina l-ẓālimīna


وَكَذَٰلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لِّيَقُولُوٓا۟ أَهَـٰٓؤُلَآءِ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنۢ بَيْنِنَآ ۗ أَلَيْسَ ٱللَّهُ بِأَعْلَمَ بِٱلشَّـٰكِرِينَ ( ٥٣ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Kami juga menguji sebagian dari mereka dengan sebagian yang lain. Kami jadikan mereka berbeda-beda dalam hal kekayaan duniawi. Kami menguji mereka dengan cara tersebut supaya orang-orang kafir yang kaya berkata kepada orang-orang mukmin yang miskin, “Apakah orang-orang miskin itu yang Allah anugerahi petunjuk di antara kita? Seandainya iman itu baik, pasti mereka tidak mendahului kami untuk mendapatkannya. Karena kamilah yang selalu mendapatkan kebaikan lebih dahulu.” Bukankah Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang bersyukur atas karunia-Nya kemudian Dia membimbing mereka menuju iman, dan Maha Mengetahui akan orang-orang yang ingkar terhadap karunia-Nya kemudian Dia mengabaikan mereka sehingga mereka tidak beriman? Benar. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui perihal mereka. (53)

wakadhālika fatannā baʿḍahum bibaʿḍin liyaqūlū ahāulāi manna l-lahu ʿalayhim min bayninā alaysa l-lahu bi-aʿlama bil-shākirīna


وَإِذَا جَآءَكَ ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِـَٔايَـٰتِنَا فَقُلْ سَلَـٰمٌ عَلَيْكُمْ ۖ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَىٰ نَفْسِهِ ٱلرَّحْمَةَ ۖ أَنَّهُۥ مَنْ عَمِلَ مِنكُمْ سُوٓءًۢا بِجَهَـٰلَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنۢ بَعْدِهِۦ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُۥ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ( ٥٤ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Apabila kamu -wahai Rasul- didatangi oleh orang-orang yang percaya kepada ayat-ayat Kami dan bersaksi atas kebenaran agama yang kamu bawa, maka jawablah salam mereka untuk menghormati mereka. Dan berilah mereka kabar gembira akan luasnya kasih sayang Allah. Karena Allah telah mewajibkan diri-Nya sendiri untuk menebar kasih sayang. Barangsiapa di antara kalian berbuat maksiat (dosa) karena tidak tahu dan tidak mengerti, kemudian ia bertobat sesudah melakukan perbuatan itu dan memperbaiki amal perbuatannya, sesungguhnya Allah pasti mengampuni apa yang telah diperbuatnya. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang bagi hamba-hamba-Nya yang bertobat. (54)

wa-idhā jāaka alladhīna yu'minūna biāyātinā faqul salāmun ʿalaykum kataba rabbukum ʿalā nafsihi l-raḥmata annahu man ʿamila minkum sūan bijahālatin thumma tāba min baʿdihi wa-aṣlaḥa fa-annahu ghafūrun raḥīmun


وَكَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلْـَٔايَـٰتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ ٱلْمُجْرِمِينَ ( ٥٥ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sebagaimana Kami menjelaskan hal-hal tersebut, Kami pun menerangkan dalil-dalil dan hujah-hujah Kami kepada para pelaku kebatilan, serta menunjukkan jalan dan pola yang ditempuh oleh orang-orang yang jahat agar dihindari dan diwaspadai. (55)

wakadhālika nufaṣṣilu l-āyāti walitastabīna sabīlu l-muj'rimīna


قُلْ إِنِّى نُهِيتُ أَنْ أَعْبُدَ ٱلَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ ۚ قُل لَّآ أَتَّبِعُ أَهْوَآءَكُمْ ۙ قَدْ ضَلَلْتُ إِذًا وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُهْتَدِينَ ( ٥٦ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul-, “Sesungguhnya Allah melarangku menyembah tuhan-tuhan yang kalian sembah selain Allah .” Katakanlah -wahai Rasul-, “Aku tidak mau mengikuti selera kalian dalam menyembah tuhan selain Allah. Karena jika aku mengikuti selera kalian dalam hal itu, pasti aku akan tersesat dari jalan yang benar dan tidak bisa menemukannya. Dan itu adalah perilaku semua orang yang mengikuti hawa nafsu tanpa dilandasi bukti (wahyu) dari Allah.” (56)

qul innī nuhītu an aʿbuda alladhīna tadʿūna min dūni l-lahi qul lā attabiʿu ahwāakum qad ḍalaltu idhan wamā anā mina l-muh'tadīna


قُلْ إِنِّى عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّى وَكَذَّبْتُم بِهِۦ ۚ مَا عِندِى مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِۦٓ ۚ إِنِ ٱلْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۖ يَقُصُّ ٱلْحَقَّ ۖ وَهُوَ خَيْرُ ٱلْفَـٰصِلِينَ ( ٥٧ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang musyrik itu, “Sesungguhnya aku berpijak pada bukti (wahyu) yang nyata dari Rabbku, bukan karena dorongan hawa nafsu. Sedangkan mendustakan bukti ini. Aku tidak berwenang mendatangkan azab yang ingin segera kalian dapatkan dan mukjizat yang kalian minta. Sesungguhnya wewenang untuk melakukan hal itu ada di tangan Allah. Tidak ada yang berhak membuat keputusan -termasuk apa yang kalian minta itu- selain Allah. Dia lah yang mengatakan kebenaran dan Dia lah yang memutuskannya. Dan Dia -Subḥānahu- adalah sebaik-baik pembuat keputusan yang memisahkan antara orang yang benar dan orang yang batil.” (57)

qul innī ʿalā bayyinatin min rabbī wakadhabtum bihi mā ʿindī mā tastaʿjilūna bihi ini l-ḥuk'mu illā lillahi yaquṣṣu l-ḥaqa wahuwa khayru l-fāṣilīna


قُل لَّوْ أَنَّ عِندِى مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِۦ لَقُضِىَ ٱلْأَمْرُ بَيْنِى وَبَيْنَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ أَعْلَمُ بِٱلظَّـٰلِمِينَ ( ٥٨ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada mereka, “Seandainya aku berhak dan berwenang untuk menyegerakan azab yang kalian minta, pasti aku sudah menimpakannya kepada kalian. Dan ketika itulah akan diputuskan perkara yang terjadi di antara aku dan kalian." Dan Allah Maha Mengetahui perihal orang-orang yang zalim terkait berapa lama Dia akan memberi mereka tenggang waktu dan kapan Dia akan menjatuhkan hukuman kepada mereka. (58)

qul law anna ʿindī mā tastaʿjilūna bihi laquḍiya l-amru baynī wabaynakum wal-lahu aʿlamu bil-ẓālimīna


۞ وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِى ظُلُمَـٰتِ ٱلْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِى كِتَـٰبٍ مُّبِينٍ ( ٥٩ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Hanya di sisi Allah-lah perbendaharaan perkara gaib. Tidak ada yang mengetahuinya selain Allah. Dia Mengetahui semua makhluk yang ada di darat seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda mati. Dia juga Mengetahui segala macam hewan dan tumbuh-tumbuhan yang ada di lautan. Dan Dia juga Mengetahui setiap daun yang jatuh di mana pun adanya. Tidak ada satu biji pun yang tersembunyi di bumi, tidak ada sesuatu yang basah, dan tidak ada sesuatu yang kering melainkan sudah ditetapkan di dalam tulisan yang jelas, yaitu Loh mahfuz. (59)

waʿindahu mafātiḥu l-ghaybi lā yaʿlamuhā illā huwa wayaʿlamu mā fī l-bari wal-baḥri wamā tasquṭu min waraqatin illā yaʿlamuhā walā ḥabbatin fī ẓulumāti l-arḍi walā raṭbin walā yābisin illā fī kitābin mubīnin


وَهُوَ ٱلَّذِى يَتَوَفَّىٰكُم بِٱلَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُم بِٱلنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَىٰٓ أَجَلٌ مُّسَمًّى ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ( ٦٠ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Allah-lah yang menggenggam nyawa kalian untuk sementara waktu ketika kalian sedang tidur. Dan Dia lah yang mengetahui apa yang kalian perbuat di siang hari ketika kalian sedang beraktivitas. Kemudian Dia membangkitkan kalian di siang hari setelah Dia menggenggam nyawa kalian dengan cara menidurkan kalian agar kalian melakukan pekerjaan kalian sampai akhir hayat kalian yang telah ditetapkan batasnya di sisi Allah. Kemudian hanya kepada-Nya kalian semua akan dikembalikan dengan dibangkitkan dari kubur kalian kelak pada hari Kiamat. Lantas Dia akan memberitahu kalian tentang apa yang telah kalian perbuat selama hidup kalian di dunia. Dan Dia akan memberi kalian balasan yang setimpal. (60)

wahuwa alladhī yatawaffākum bi-al-layli wayaʿlamu mā jaraḥtum bil-nahāri thumma yabʿathukum fīhi liyuq'ḍā ajalun musamman thumma ilayhi marjiʿukum thumma yunabbi-ukum bimā kuntum taʿmalūna


وَهُوَ ٱلْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِۦ ۖ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ ( ٦١ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dia lah Tuhan Yang Maha Menang terhadap hamba-hamba-Nya serta Żāt yang menundukkan mereka. Mahatinggi dari mereka dalam segala hal dan segala sesuatu tunduk kepada-Nya. Dia berada di atas hamba-hamba-Nya dalam bentuk yang sesuai dengan keagungan-Nya -Subḥānahu wa Ta'ālā-. Dia mengirimkan kepada kalian -wahai manusia- para malaikat mulia yang bertugas mencatat amal perbuatan kalian sampai akhir hayat kalian, yang malaikat maut dan teman-temannya mencabut nyawa kalian. Sedangkan malaikat maut dan teman-temannya tidak pernah lalai dalam melaksanakan apa yang diperintahkan kepadanya. (61)

wahuwa l-qāhiru fawqa ʿibādihi wayur'silu ʿalaykum ḥafaẓatan ḥattā idhā jāa aḥadakumu l-mawtu tawaffathu rusulunā wahum lā yufarriṭūna


ثُمَّ رُدُّوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ مَوْلَىٰهُمُ ٱلْحَقِّ ۚ أَلَا لَهُ ٱلْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ ٱلْحَـٰسِبِينَ ( ٦٢ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Kemudian semua yang dicabut nyawanya akan dikembalikan kepada Allah, Pemilik sejati mereka untuk menerima balasan yang setimpal dengan amal perbuatan masing-masing. Dia lah yang berhak membuat keputusan yang sah dan vonis yang adil bagi mereka. Dan Dia adalah penghitung yang paling cepat amal perbuatan kalian. (62)

thumma ruddū ilā l-lahi mawlāhumu l-ḥaqi alā lahu l-ḥuk'mu wahuwa asraʿu l-ḥāsibīna


قُلْ مَن يُنَجِّيكُم مِّن ظُلُمَـٰتِ ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ تَدْعُونَهُۥ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً لَّئِنْ أَنجَىٰنَا مِنْ هَـٰذِهِۦ لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلشَّـٰكِرِينَ ( ٦٣ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang musyrik itu, “Siapakah yang dapat menyelamatkan kalian ketika kalian menghadapi berbagai bencana di tengah gelapnya daratan dan lautan, yang kalian memanjatkan doa hanya kepada-Nya seraya merendahkan dan menundukkan diri kepada-Nya secara lahir dan batin, ‘Sungguh, jika Rabb kami menyelamatkan kami dari bencana-bencana ini, pasti kami akan mensyukuri nikmat-nikmat yang Dia berikan kepada kami dengan tidak menyembah selain Dia’.” (63)

qul man yunajjīkum min ẓulumāti l-bari wal-baḥri tadʿūnahu taḍarruʿan wakhuf'yatan la-in anjānā min hādhihi lanakūnanna mina l-shākirīna


قُلِ ٱللَّهُ يُنَجِّيكُم مِّنْهَا وَمِن كُلِّ كَرْبٍ ثُمَّ أَنتُمْ تُشْرِكُونَ ( ٦٤ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul-, “Allah-lah yang dapat menyelamatkan kalian dari bencana-bencana itu dan membebaskan kalian dari segala macam kesulitan. Tetapi setelah itu kalian menyekutukan-Nya dengan yang lain di kala jaya. Adakah kezaliman yang lebih besar dari kezaliman yang kalian lakukan?” (64)

quli l-lahu yunajjīkum min'hā wamin kulli karbin thumma antum tush'rikūna


قُلْ هُوَ ٱلْقَادِرُ عَلَىٰٓ أَن يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِّن فَوْقِكُمْ أَوْ مِن تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُم بَأْسَ بَعْضٍ ۗ ٱنظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ ٱلْـَٔايَـٰتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ ( ٦٥ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada mereka, “Allah-lah yang sanggup mengirimkan kepada kalian azab dari atas seperti batu, halilintar, dan banjir bandang, atau dari bawah seperti gempa bumi, atau tanah amblas, atau membuat kalian berselisih paham sehingga masing-masing orang mengikuti seleranya sendiri-sendiri, hingga saling serang satu sama lain.” Renungkanlah wahai Rasul! bagaimana Kami memberikan dan menjelaskan dalil-dalil serta bukti-bukti yang beraneka ragam kepada mereka agar mereka yakin bahwa agama yang kamu bawa adalah agama yang benar, dan agama yang mereka anut adalah agama yang batil. (65)

qul huwa l-qādiru ʿalā an yabʿatha ʿalaykum ʿadhāban min fawqikum aw min taḥti arjulikum aw yalbisakum shiyaʿan wayudhīqa baʿḍakum basa baʿḍin unẓur kayfa nuṣarrifu l-āyāti laʿallahum yafqahūna


وَكَذَّبَ بِهِۦ قَوْمُكَ وَهُوَ ٱلْحَقُّ ۚ قُل لَّسْتُ عَلَيْكُم بِوَكِيلٍ ( ٦٦ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan kaummu telah mendustakan Al-Qur`ān ini. Padahal ia adalah kebenaran yang datang dari sisi Allah tanpa keraguan sedikit pun.” Katakanlah -wahai Rasul- kepada mereka, “Aku bukanlah pengawas atas amal perbuatan kalian. Tugasku hanyalah memberikan peringatan kepada kalian akan datangnya azab yang sangat keras.” (66)

wakadhaba bihi qawmuka wahuwa l-ḥaqu qul lastu ʿalaykum biwakīlin


لِّكُلِّ نَبَإٍ مُّسْتَقَرٌّ ۚ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ ( ٦٧ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Setiap berita memiliki waktu terjadinya dan mempunyai batas akhirnya. Di antaranya ialah berita tentang nasib dan akhir perjalanan hidup kalian. Kalian akan mengetahuinya ketika kalian dibangkitkan dari kubur kalian di hari Kiamat. (67)

likulli naba-in mus'taqarrun wasawfa taʿlamūna


وَإِذَا رَأَيْتَ ٱلَّذِينَ يَخُوضُونَ فِىٓ ءَايَـٰتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا۟ فِى حَدِيثٍ غَيْرِهِۦ ۚ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ ٱلشَّيْطَـٰنُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ ٱلذِّكْرَىٰ مَعَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّـٰلِمِينَ ( ٦٨ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Apabila kamu -wahai Rasul- melihat orang-orang musyrik membicarakan ayat-ayat kami dengan nada mengejek dan menghina, maka janganlah kamu duduk bersama mereka sampai mereka masuk ke dalam pembicaraan yang bersih dari ejekan dan hinaan terhadap ayat-ayat Kami. Apabila setan membuatmu lupa (akan hal itu) dan kamu duduk bersama mereka, kemudian kamu ingat (akan hal itu), maka tinggalkanlah majelis mereka dan jangan pernah duduk bersama orang-orang yang melampaui batas. (68)

wa-idhā ra-ayta alladhīna yakhūḍūna fī āyātinā fa-aʿriḍ ʿanhum ḥattā yakhūḍū fī ḥadīthin ghayrihi wa-immā yunsiyannaka l-shayṭānu falā taqʿud baʿda l-dhik'rā maʿa l-qawmi l-ẓālimīna


وَمَا عَلَى ٱلَّذِينَ يَتَّقُونَ مِنْ حِسَابِهِم مِّن شَىْءٍ وَلَـٰكِن ذِكْرَىٰ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ ( ٦٩ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Orang-orang yang bertakwa kepada Allah dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya itu tidak bertanggungjawab sedikit pun terhadap perbuatan orang-orang yang zalim itu. Tugas mereka hanyalah melarang orang-orang tersebut melakukan perbuatan mungkar agar mereka bertakwa kepada Allah, sehingga mereka mau menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. (69)

wamā ʿalā alladhīna yattaqūna min ḥisābihim min shayin walākin dhik'rā laʿallahum yattaqūna


وَذَرِ ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا ۚ وَذَكِّرْ بِهِۦٓ أَن تُبْسَلَ نَفْسٌۢ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلِىٌّ وَلَا شَفِيعٌ وَإِن تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَّا يُؤْخَذْ مِنْهَآ ۗ أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ أُبْسِلُوا۟ بِمَا كَسَبُوا۟ ۖ لَهُمْ شَرَابٌ مِّنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌۢ بِمَا كَانُوا۟ يَكْفُرُونَ ( ٧٠ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan tinggalkanlah -wahai Rasul- orang-orang musyrik yang telah menjadikan agama mereka sebagai permainan dan gurau senda yang mereka ejek dan mereka olok-olok, dan telah tertipu oleh kehidupan dunia yang berisi kenikmatan-kenikmatan sementara. Dan nasihatilah umat manusia -wahai Nabi- dengan ayat-ayat Al-Qur`ān agar seseorang tidak terjerumus ke dalam kebinasaan disebabkan perbuatan-perbuatan dosa yang ia lakukan. Tidak ada seorang pun yang dapat menolongnya dan tidak ada seorang pun yang dapat melindunginya dari siksa Allah di hari Kiamat kecuali Dia. Jika ia hendak menebus dirinya dari siksa tersebut dengan tebusan apa pun pasti tidak akan diterima. Mereka itu adalah orang-orang yang menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam kebinasaan disebabkan perbuatan-perbuatan maksiat yang mereka lakukan. Mereka di hari Kiamat kelak akan mendapatkan minuman yang panasnya tiada tara dan azab yang amat menyakitkan akibat kekafiran mereka. (70)

wadhari alladhīna ittakhadhū dīnahum laʿiban walahwan wagharrathumu l-ḥayatu l-dun'yā wadhakkir bihi an tub'sala nafsun bimā kasabat laysa lahā min dūni l-lahi waliyyun walā shafīʿun wa-in taʿdil kulla ʿadlin lā yu'khadh min'hā ulāika alladhīna ub'silū bimā kasabū lahum sharābun min ḥamīmin waʿadhābun alīmun bimā kānū yakfurūna


قُلْ أَنَدْعُوا۟ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُنَا وَلَا يَضُرُّنَا وَنُرَدُّ عَلَىٰٓ أَعْقَابِنَا بَعْدَ إِذْ هَدَىٰنَا ٱللَّهُ كَٱلَّذِى ٱسْتَهْوَتْهُ ٱلشَّيَـٰطِينُ فِى ٱلْأَرْضِ حَيْرَانَ لَهُۥٓ أَصْحَـٰبٌ يَدْعُونَهُۥٓ إِلَى ٱلْهُدَى ٱئْتِنَا ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلْهُدَىٰ ۖ وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ ٱلْعَـٰلَمِينَ ( ٧١ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang musyrik itu, “Apakah kita akan menyembah selain Allah berhala-berhala yang tidak dapat memberikan manfaat bagi kita dan tidak dapat memberikan mudarat sedikit pun bagi kita, dan apakah kita akan meninggalkan iman kita setelah Allah membimbing kita kepadanya, sehingga kita menjadi seperti orang yang disesatkan oleh setan sampai kebingungan, tidak tahu jalan yang benar, padahal ia memiliki banyak kawan di jalan yang benar yang selalu mengajaknya mengikuti kebenaran, tetapi ia tidak mau menghiraukan ajakan mereka?” Katakanlah -wahai Rasul- kepada mereka, “Sesungguhnya petunjuk Allah adalah petunjuk yang benar. Dan Allah telah memerintahkan kepada kita agar kita berserah diri hanya kepada-Nya -Subḥānahu wa Ta'ālā- dengan senantiasa mengesakan-Nya dan hanya beribadah kepada-Nya, karena Dia adalah Rabb alam semesta. (71)

qul anadʿū min dūni l-lahi mā lā yanfaʿunā walā yaḍurrunā wanuraddu ʿalā aʿqābinā baʿda idh hadānā l-lahu ka-alladhī is'tahwathu l-shayāṭīnu fī l-arḍi ḥayrāna lahu aṣḥābun yadʿūnahu ilā l-hudā i'tinā qul inna hudā l-lahi huwa l-hudā wa-umir'nā linus'lima lirabbi l-ʿālamīna


وَأَنْ أَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَٱتَّقُوهُ ۚ وَهُوَ ٱلَّذِىٓ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ ( ٧٢ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Dia juga memerintahkan kepada kita agar kita mendirikan salat dengan sebaik-baiknya, dan memerintahkan kepada kita agar kita bertakwa kepadanya dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Karena hanya kepada Dia lah kelak semua makhluk akan dikumpulkan di hari Kiamat untuk menerima balasan yang setimpal dengan amal perbuatan masing-masing. (72)

wa-an aqīmū l-ṣalata wa-ittaqūhu wahuwa alladhī ilayhi tuḥ'sharūna


وَهُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ بِٱلْحَقِّ ۖ وَيَوْمَ يَقُولُ كُن فَيَكُونُ ۚ قَوْلُهُ ٱلْحَقُّ ۚ وَلَهُ ٱلْمُلْكُ يَوْمَ يُنفَخُ فِى ٱلصُّورِ ۚ عَـٰلِمُ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَـٰدَةِ ۚ وَهُوَ ٱلْحَكِيمُ ٱلْخَبِيرُ ( ٧٣ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dia lah -Subḥānahu wa Ta'ālā- Żāt yang menciptakan langit dan bumi dengan sebenar-benarnya. Yaitu tatkala Allah berfirman kepada sesuatu, “Jadilah!” Maka jadilah. Dan ketika Dia berfirman pada hari Kiamat, “Bangkitlah kalian!” Maka bangkitlah mereka. Yaitu firman-Nya yang benar, yang pasti akan terjadi tanpa kecuali. Dan Dia lah -Subḥānahu wa Ta'ālā- satu-satu-Nya pemilik kerajaan di hari Kiamat, tatkala Malaikat Israfil meniup sangkakala untuk kedua kalinya. Dia Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dan apa yang nyata. Dia Maha Bijaksana dalam mengatur dan mengurus makhluk-Nya. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu, tidak ada sesuatu yang luput dari pengetahuan-Nya. Maka perkara-perkara yang tersembunyi akan tampak seperti perkara-perkara yang nyata bagi-Nya. (73)

wahuwa alladhī khalaqa l-samāwāti wal-arḍa bil-ḥaqi wayawma yaqūlu kun fayakūnu qawluhu l-ḥaqu walahu l-mul'ku yawma yunfakhu fī l-ṣūri ʿālimu l-ghaybi wal-shahādati wahuwa l-ḥakīmu l-khabīru


۞ وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ ءَازَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا ءَالِهَةً ۖ إِنِّىٓ أَرَىٰكَ وَقَوْمَكَ فِى ضَلَـٰلٍ مُّبِينٍ ( ٧٤ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan ingatlah -wahai Rasul- tatkala Ibrahim -‘Alaihissalām- berkata kepada ayahnya yang musyrik, Āzar, “Wahai ayahku! Apakah Anda menjadikan patung-patung itu sebagai tuhan-tuhan yang Anda sembah selain Allah? Sesungguhnya aku melihat Anda dan kaum Anda yang menyembah berhala-berhala itu berada dalam kesesatan yang nyata dan menyimpang dari jalan yang benar disebabkan karena kalian menyembah tuhan selain Allah. Sebab, Allah -Subḥānahu- dalah Rabb yang disembah secara hak, sedang yang lain adalah tuhan yang disembah secara batil.” (74)

wa-idh qāla ib'rāhīmu li-abīhi āzara atattakhidhu aṣnāman ālihatan innī arāka waqawmaka fī ḍalālin mubīnin


وَكَذَٰلِكَ نُرِىٓ إِبْرَٰهِيمَ مَلَكُوتَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ ٱلْمُوقِنِينَ ( ٧٥ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sebagaimana Kami memperlihatkan kesesatan ayahnya dan kaumnya, Kami juga memperlihatkan kerajaan langit dan bumi yang sangat luas untuk dijadikan sebagai petunjuk bagi keesaan Allah dan kedudukan-Nya sebagai satu-satunya Rabb yang berhak disembah. Tujuannya ialah supaya ia (Ibrahim) menjadi yakin bahwa Allah adalah Rabb Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (75)

wakadhālika nurī ib'rāhīma malakūta l-samāwāti wal-arḍi waliyakūna mina l-mūqinīna


فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ ٱلَّيْلُ رَءَا كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَـٰذَا رَبِّى ۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَآ أُحِبُّ ٱلْـَٔافِلِينَ ( ٧٦ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Maka tatkala malam mulai gelap, ia (Ibrahim) melihat sebuah bintang dan berkata, “Ini adalah tuhanku!” Namun tatkala bintang itu terbenam, Ibrahim berkata, “Aku tidak suka dengan tuhan yang terbenam. Karena Tuhan yang benar selalu hadir dan tidak pernah menghilang.” (76)

falammā janna ʿalayhi al-laylu raā kawkaban qāla hādhā rabbī falammā afala qāla lā uḥibbu l-āfilīna


فَلَمَّا رَءَا ٱلْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَـٰذَا رَبِّى ۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمْ يَهْدِنِى رَبِّى لَأَكُونَنَّ مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلضَّآلِّينَ ( ٧٧ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan ketika melihat bulan muncul di langit, Ibrahim berkata “Ini adalah tuhanku!” Namun tatkala bulan itu terbenam, Ibrahim berkata, “Sungguh, jikalau Allah tidak membimbingku untuk mengesakan-Nya dan menyembah-Nya semata, niscaya aku benar-benar akan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang jauh dari agama-Nya yang hak." (77)

falammā raā l-qamara bāzighan qāla hādhā rabbī falammā afala qāla la-in lam yahdinī rabbī la-akūnanna mina l-qawmi l-ḍālīna


فَلَمَّا رَءَا ٱلشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَـٰذَا رَبِّى هَـٰذَآ أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّآ أَفَلَتْ قَالَ يَـٰقَوْمِ إِنِّى بَرِىٓءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ ( ٧٨ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan tatkala melihat matahari terbit, Ibrahim berkata, “Yang terbit ini adalah tuhanku. Yang terbit ini lebih besar dari bintang dan bulan.” Kemudian tatkala matahari itu terbenam, Ibrahim berkata, “Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian jadikan sekutu dengan Allah.” (78)

falammā raā l-shamsa bāzighatan qāla hādhā rabbī hādhā akbaru falammā afalat qāla yāqawmi innī barīon mimmā tush'rikūna


إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ( ٧٩ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : “Sesungguhnya aku memurnikan agamaku hanya kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya, serta berpaling dari ajaran syirik menuju ajaran tauhid yang murni. Dan aku bukanlah termasuk golongan orang-orang musyrik yang menyembah tuhan lain bersama menyembah Allah.” (79)

innī wajjahtu wajhiya lilladhī faṭara l-samāwāti wal-arḍa ḥanīfan wamā anā mina l-mush'rikīna


وَحَآجَّهُۥ قَوْمُهُۥ ۚ قَالَ أَتُحَـٰٓجُّوٓنِّى فِى ٱللَّهِ وَقَدْ هَدَىٰنِ ۚ وَلَآ أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِۦٓ إِلَّآ أَن يَشَآءَ رَبِّى شَيْـًٔا ۗ وَسِعَ رَبِّى كُلَّ شَىْءٍ عِلْمًا ۗ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ ( ٨٠ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Kemudian kaumnya yang musyrik membantah seruannya tentang keharusan mengesakan Allah -Subḥānahu- dan menakut-nakutinya dengan hukuman dari berhala-berhala mereka. Maka ia berkata kepada mereka, “Apakah kalian membantah seruanku tentang keharusan mengesakan Allah dan hanya menyembah kepada-Nya, sedangkan Rabbku telah membimbingku untuk melaksanakan ajaran itu, dan aku tidak takut kepada berhala-berhala kalian, karena mereka tidak memiliki kuasa untuk mendatangkan mudarat maupun manfaat kepadaku, kecuali dengan izin Allah, sehingga apa yang Dia kehendaki pasti terjadi. Dan dengan pengetahuan Allah atas segala sesuatu maka tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya, baik di langit maupun di bumi. Tidakkah kalian -wahai kaumku- mau menyadari tindakan kalian yang kafir kepada Allah dan menyekutukan-Nya dengan yang lain, kemudian kalian beriman kepada Allah semata? (80)

waḥājjahu qawmuhu qāla atuḥājjūnnī fī l-lahi waqad hadāni walā akhāfu mā tush'rikūna bihi illā an yashāa rabbī shayan wasiʿa rabbī kulla shayin ʿil'man afalā tatadhakkarūna


وَكَيْفَ أَخَافُ مَآ أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُم بِٱللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِۦ عَلَيْكُمْ سُلْطَـٰنًا ۚ فَأَىُّ ٱلْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِٱلْأَمْنِ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ( ٨١ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Bagaimana mungkin aku merasa takut kepada berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah, sedangkan kalian tidak merasa takut ketika menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya tanpa sedikit pun dalil yang mendukung tindakan itu? Golongan manakah di antara golongan yang mengesakan Allah dan golongan yang menyekutukan Allah yang lebih pantas mendapatkan keselamatan? Jika kalian mengetahui golongan mana yang lebih pantas mendapatkannya, maka ikutilah golongan tersebut. Tidak diragukan lagi bahwa golongan yang lebih pantas mendapatkan keselamatan itu ialah golongan mukminin yang mengesakan Allah.” (81)

wakayfa akhāfu mā ashraktum walā takhāfūna annakum ashraktum bil-lahi mā lam yunazzil bihi ʿalaykum sul'ṭānan fa-ayyu l-farīqayni aḥaqqu bil-amni in kuntum taʿlamūna


ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَـٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ ( ٨٢ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Hanya orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti syariat-Nya, serta tidak mencampur iman mereka dengan syirik sajalah yang akan mendapatkan kedamaian dan keselamatan, bukan golongan yang lain. Mereka adalah orang-orang yang mendapatkan bimbingan. Mereka dibimbing oleh Rabb mereka ke jalan yang benar. (82)

alladhīna āmanū walam yalbisū īmānahum biẓul'min ulāika lahumu l-amnu wahum muh'tadūna


وَتِلْكَ حُجَّتُنَآ ءَاتَيْنَـٰهَآ إِبْرَٰهِيمَ عَلَىٰ قَوْمِهِۦ ۚ نَرْفَعُ دَرَجَـٰتٍ مَّن نَّشَآءُ ۗ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ ( ٨٣ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Firman Allah (Manakah dari kedua golongan itu yang lebih berhak mendapat keselamatan) yaitu argumen yang digunakan oleh Ibrahim untuk mengalahkan argumen kaumnya itu adalah argumen yang Kami ajarkan kepadanya untuk mengalahkan argumen kaumnya. Argumen itu Kami berikan kepadanya untuk mengangkat derajat hamba-hamba Kami yang Kami kehendaki hingga beberapa derajat di dunia dan Akhirat. Sesungguhnya Rabbmu -wahai Rasul- adalah Rabb Yang Maha Bijaksana dalam mengatur dan mengurus makhluk-Nya lagi Maha Mengetahui perihal hamba-Nya. (83)

watil'ka ḥujjatunā ātaynāhā ib'rāhīma ʿalā qawmihi narfaʿu darajātin man nashāu inna rabbaka ḥakīmun ʿalīmun


وَوَهَبْنَا لَهُۥٓ إِسْحَـٰقَ وَيَعْقُوبَ ۚ كُلًّا هَدَيْنَا ۚ وَنُوحًا هَدَيْنَا مِن قَبْلُ ۖ وَمِن ذُرِّيَّتِهِۦ دَاوُۥدَ وَسُلَيْمَـٰنَ وَأَيُّوبَ وَيُوسُفَ وَمُوسَىٰ وَهَـٰرُونَ ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ ( ٨٤ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim putranya, Ishāq dan cucunya, Ya’qūb. Dan keduanya Kami bimbing ke jalan yang lurus. Sebelum itu Kami telah membimbing Nuh (ke jalan yang lurus). Dan Kami pun telah membimbing sebagian dari keturunan Nuh, Daud beserta putranya yaitu Sulaiman, Ayub, Yusuf, Musa beserta saudaranya yaitu Harun -‘Alaihimussalām- ke jalan yang benar. Dan balasan seperti yang Kami berikan kepada para nabi sebagai imbalan atas kebaikan mereka itu pun akan Kami berikan kepada orang-orang yang berbuat baik dari golongan lain sebagai imbalan atas kebaikan mereka. (84)

wawahabnā lahu is'ḥāqa wayaʿqūba kullan hadaynā wanūḥan hadaynā min qablu wamin dhurriyyatihi dāwūda wasulaymāna wa-ayyūba wayūsufa wamūsā wahārūna wakadhālika najzī l-muḥ'sinīna


وَزَكَرِيَّا وَيَحْيَىٰ وَعِيسَىٰ وَإِلْيَاسَ ۖ كُلٌّ مِّنَ ٱلصَّـٰلِحِينَ ( ٨٥ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Kami juga membimbing Zakaria, Yahya, Isa putra Maryam, dan Ilyas -‘Alaihimussalām- (ke jalan yang benar). Dan para nabi itu semuanya termasuk golongan orang-orang saleh yang Allah pilih sebagai utusan-utusan-Nya. (85)

wazakariyyā wayaḥyā waʿīsā wa-il'yāsa kullun mina l-ṣāliḥīna


وَإِسْمَـٰعِيلَ وَٱلْيَسَعَ وَيُونُسَ وَلُوطًا ۚ وَكُلًّا فَضَّلْنَا عَلَى ٱلْعَـٰلَمِينَ ( ٨٦ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Kami juga membimbing Ismail, Ilyasa’, Yunus, dan Luth -‘Alaihimussalām-. Dan para nabi itu semua terutama Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- Kami berikan keutamaan atas alam semesta. (86)

wa-is'māʿīla wal-yasaʿa wayūnusa walūṭan wakullan faḍḍalnā ʿalā l-ʿālamīna


وَمِنْ ءَابَآئِهِمْ وَذُرِّيَّـٰتِهِمْ وَإِخْوَٰنِهِمْ ۖ وَٱجْتَبَيْنَـٰهُمْ وَهَدَيْنَـٰهُمْ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ ( ٨٧ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Kami membimbing sebagian orangtua mereka, sebagian anak-anak mereka, dan sebagian saudara-saudara mereka yang Kami kehendaki untuk Kami bimbing dan Kami pilih untuk mengikuti jalan yang lurus. Yaitu jalan mengesakan Allah dan menaati-Nya. (87)

wamin ābāihim wadhurriyyātihim wa-ikh'wānihim wa-ij'tabaynāhum wahadaynāhum ilā ṣirāṭin mus'taqīmin


ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَهْدِى بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ ۚ وَلَوْ أَشْرَكُوا۟ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ( ٨٨ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Bimbingan yang mereka terima itu berasal dari Allah, Dia membimbing hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Dan sekiranya mereka menyekutukan Allah dengan yang lain niscaya amal perbuatan mereka akan sia-sia. Karena perbuatan syirik dapat membatalkan amal saleh. (88)

dhālika hudā l-lahi yahdī bihi man yashāu min ʿibādihi walaw ashrakū laḥabiṭa ʿanhum mā kānū yaʿmalūna


أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَـٰهُمُ ٱلْكِتَـٰبَ وَٱلْحُكْمَ وَٱلنُّبُوَّةَ ۚ فَإِن يَكْفُرْ بِهَا هَـٰٓؤُلَآءِ فَقَدْ وَكَّلْنَا بِهَا قَوْمًا لَّيْسُوا۟ بِهَا بِكَـٰفِرِينَ ( ٨٩ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Para nabi tersebut merupakan orang-orang yang Kami beri kitab suci, hikmah, dan status sebagai nabi. Jika kaummu mengingkari ketiga pemberian itu, niscaya Kami akan menyiapkan kaum-kaum lain yang tidak mengingkarinya, tetapi mengimaninya dan berpegang teguh kepadanya. Yaitu kaum Muhajirin, kaum Ansar, dan orang-orang mengikuti mereka dengan baik sampai hari Kiamat. (89)

ulāika alladhīna ātaynāhumu l-kitāba wal-ḥuk'ma wal-nubuwata fa-in yakfur bihā hāulāi faqad wakkalnā bihā qawman laysū bihā bikāfirīna


أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُ ۖ فَبِهُدَىٰهُمُ ٱقْتَدِهْ ۗ قُل لَّآ أَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا ۖ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْعَـٰلَمِينَ ( ٩٠ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Para nabi beserta para orangtua, anak-anak, dan saudara-saudaranya tersebut adalah orang-orang yang benar-benar mendapatkan hidayah (petunjuk dari Allah). Maka ikutilah jejak mereka dan contohlah perilaku mereka. Dan katakanlah -wahai Rasul- kepada kaummu, “Aku tidak minta imbalan apa pun dari kalian atas jasaku menyampaikan Al-Qur`ān ini kepada kalian. Karena Al-Qur`ān itu tidak lain adalah peringatan bagi alam semesta dari golongan jin dan manusia agar mereka jadikan sebagai petunjuk ke jalan yang lurus dan jalur yang benar. (90)

ulāika alladhīna hadā l-lahu fabihudāhumu iq'tadih qul lā asalukum ʿalayhi ajran in huwa illā dhik'rā lil'ʿālamīna


وَمَا قَدَرُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِۦٓ إِذْ قَالُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ عَلَىٰ بَشَرٍ مِّن شَىْءٍ ۗ قُلْ مَنْ أَنزَلَ ٱلْكِتَـٰبَ ٱلَّذِى جَآءَ بِهِۦ مُوسَىٰ نُورًا وَهُدًى لِّلنَّاسِ ۖ تَجْعَلُونَهُۥ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيرًا ۖ وَعُلِّمْتُم مَّا لَمْ تَعْلَمُوٓا۟ أَنتُمْ وَلَآ ءَابَآؤُكُمْ ۖ قُلِ ٱللَّهُ ۖ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِى خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ ( ٩١ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan orang-orang musyrik itu tidak memuliakan Allah dengan pemuliaan yang sesungguhnya tatkala mereka berkata kepada nabi-Nya, Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, “Allah tidak pernah menurunkan wahyu apa pun kepada seorang manusia.” Katakanlah -wahai Rasul- kepada mereka, “Siapakah yang telah menurunkan kitab suci Taurat kepada Musa sebagai cahaya, petunjuk, dan pembimbing bagi kaumnya?” Orang-orang Yahudi mencatat kitab suci Taurat itu dalam buku catatan. Mereka memperlihatkan bagian-bagian yang sejalan dengan hawa nafsu mereka dan menyembunyikan bagian-bagian yang tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka. Seperti bagian yang menyebutkan ciri-ciri Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Sedangkan kalian -wahai bangsa Arab- telah diajari sebagian dari ilmu Al-Qur`ān yang belum pernah kalian ketahui dan belum pernah diketahui oleh para pendahulu kalian. Katakanlah -wahai Rasul- kepada mereka, “Allah lah yang telah menurunkannya (kitab suci Taurat).” Kemudian biarkanlah mereka dalam kebodohan dan kesesatan mereka sampai ajal menjemput mereka.” (91)

wamā qadarū l-laha ḥaqqa qadrihi idh qālū mā anzala l-lahu ʿalā basharin min shayin qul man anzala l-kitāba alladhī jāa bihi mūsā nūran wahudan lilnnāsi tajʿalūnahu qarāṭīsa tub'dūnahā watukh'fūna kathīran waʿullim'tum mā lam taʿlamū antum walā ābāukum quli l-lahu thumma dharhum fī khawḍihim yalʿabūna


وَهَـٰذَا كِتَـٰبٌ أَنزَلْنَـٰهُ مُبَارَكٌ مُّصَدِّقُ ٱلَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنذِرَ أُمَّ ٱلْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا ۚ وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْـَٔاخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِۦ ۖ وَهُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ ( ٩٢ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan kitab suci Al-Qur`ān ini Kami turunkan kepadamu wahai Nabi, sebagai kitab suci yang penuh berkah dan membenarkan kitab-kitab suci sebelumnya. Dan hendaknya kamu menjadikan kitab suci ini sebagai bahan untuk memperingatkan penduduk Makkah dan seluruh umat manusia yang ada di timur dan barat agar mereka mendapatkan petunjuk ke jalan yang benar. Orang-orang yang percaya akan adanya Akhirat pasti percaya kepada kitab suci Al-Qur`ān ini dan mengamalkan isinya. Dan mereka akan senantiasa menjaga salat-salat mereka dengan cara menunaikan rukun-rukunnya, hal-hal yang wajib, dan sunah-sunahnya pada waktu-waktu yang telah ditetapkan untuknya secara syariat. (92)

wahādhā kitābun anzalnāhu mubārakun muṣaddiqu alladhī bayna yadayhi walitundhira umma l-qurā waman ḥawlahā wa-alladhīna yu'minūna bil-ākhirati yu'minūna bihi wahum ʿalā ṣalātihim yuḥāfiẓūna


وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِىَ إِلَىَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَىْءٌ وَمَن قَالَ سَأُنزِلُ مِثْلَ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۗ وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلظَّـٰلِمُونَ فِى غَمَرَٰتِ ٱلْمَوْتِ وَٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ بَاسِطُوٓا۟ أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوٓا۟ أَنفُسَكُمُ ۖ ٱلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ ٱلْهُونِ بِمَا كُنتُمْ تَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ غَيْرَ ٱلْحَقِّ وَكُنتُمْ عَنْ ءَايَـٰتِهِۦ تَسْتَكْبِرُونَ ( ٩٣ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Tidak ada yang lebih zalim dari orang yang mengada-mengada dan membuat kebohongan atas nama Allah. Yaitu dengan mengatakan, “Allah tidak pernah menurunkan wahyu apa pun kepada seorang manusia.” Atau orang yang mengaku-aku bahwa Allah telah memberinya wahyu, padahal Allah tidak pernah memberinya wahyu apa pun. Atau orang yang mengatakan, “Aku akan menurunkan kitab suci seperti Al-Qur`ān yang telah Allah turunkan.” Sekiranya kamu -wahai Rasul- melihat ketika orang-orang zalim itu mengalami sakratulmaut, sementara para malaikat membentangkan tangannya ke arah mereka untuk memberikan siksaan dan pukulan. Dan para malaikat tersebut dengan nada yang sangat keras berkata kepada mereka, “Keluarkanlah nyawa kalian! Karena kami akan mencabutnya. Pada hari inilah kalian akan dibalas dengan azab yang menghinakan dan menistakan kalian, disebabkan kebohongan yang telah kalian buat atas nama Allah dengan mengaku-aku menjadi nabi, menerima wahyu dan menurunkan kitab suci seperti yang diturunkan oleh Allah. Dan juga disebabkan oleh kesombongan kalian untuk beriman kepada ayat-ayat-Nya.” Sekiranya kamu melihatnya, niscaya kamu akan melihat sesuatu yang sangat mengerikan. (93)

waman aẓlamu mimmani if'tarā ʿalā l-lahi kadhiban aw qāla ūḥiya ilayya walam yūḥa ilayhi shayon waman qāla sa-unzilu mith'la mā anzala l-lahu walaw tarā idhi l-ẓālimūna fī ghamarāti l-mawti wal-malāikatu bāsiṭū aydīhim akhrijū anfusakumu l-yawma tuj'zawna ʿadhāba l-hūni bimā kuntum taqūlūna ʿalā l-lahi ghayra l-ḥaqi wakuntum ʿan āyātihi tastakbirūna


وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَٰدَىٰ كَمَا خَلَقْنَـٰكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُم مَّا خَوَّلْنَـٰكُمْ وَرَآءَ ظُهُورِكُمْ ۖ وَمَا نَرَىٰ مَعَكُمْ شُفَعَآءَكُمُ ٱلَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَـٰٓؤُا۟ ۚ لَقَد تَّقَطَّعَ بَيْنَكُمْ وَضَلَّ عَنكُم مَّا كُنتُمْ تَزْعُمُونَ ( ٩٤ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan pada hari kebangkitan kelak akan dikatakan kepada mereka, “Kalian telah datang kepada Kami hari ini sendiri-sendiri, tanpa kekayaan dan jabatan, sebagaimana Kami menciptakan kalian pertama kali, tanpa alas kaki, tanpa pakaian, dan tidak berkhitan. Dan kalian terpaksa meninggalkan apa yang telah Kami berikan kepada kalian di dunia. Dan hari ini Kami tidak melihat kalian bersama berhala-berhala yang dahulu kalian anggap dapat menolong kalian dan kalian anggap sebagai sekutu-sekutu Allah yang berhak disembah. Hubungan kalian benar-benar terputus. Dan kalian telah kehilangan anggapan kalian bahwa mereka dapat menolong kalian dan mereka adalah sekutu-sekutu Allah. (94)

walaqad ji'tumūnā furādā kamā khalaqnākum awwala marratin wataraktum mā khawwalnākum warāa ẓuhūrikum wamā narā maʿakum shufaʿāakumu alladhīna zaʿamtum annahum fīkum shurakāu laqad taqaṭṭaʿa baynakum waḍalla ʿankum mā kuntum tazʿumūna


۞ إِنَّ ٱللَّهَ فَالِقُ ٱلْحَبِّ وَٱلنَّوَىٰ ۖ يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ ٱلْمَيِّتِ مِنَ ٱلْحَىِّ ۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ ( ٩٥ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sesungguhnya hanya Allah lah yang dapat membelah biji-bijian kemudian mengeluarkan tanam-tanaman darinya. Dia pulalah yang membelah biji kurma kemudian mengeluarkan pohon kurma darinya. Dia mengeluarkan makhluk hidup dari makhluk mati. Karena Dia mengeluarkan manusia dan hewan-hewan lainnya dari sperma. Dan Dia juga mengeluarkan makhluk mati dari makhluk hidup. Karena Dia mengeluarkan sperma dari manusia dan mengeluarkan telur dari ayam. Yang melakukan itu semua adalah Allah yang telah menciptakan kalian. Bagaimana mungkin kalian -wahai orang-orang musyrik- berpaling dari kebenaran, sedangkan kalian menyaksikan sebagian dari keajaiban ciptaan-Nya? (95)

inna l-laha fāliqu l-ḥabi wal-nawā yukh'riju l-ḥaya mina l-mayiti wamukh'riju l-mayiti mina l-ḥayi dhālikumu l-lahu fa-annā tu'fakūna


فَالِقُ ٱلْإِصْبَاحِ وَجَعَلَ ٱلَّيْلَ سَكَنًا وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ حُسْبَانًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ ٱلْعَزِيزِ ٱلْعَلِيمِ ( ٩٦ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Dia pulalah yang membelah cahaya pagi dari gelapnya malam. Dia lah yang menjadikan malam sebagai waktu istirahat yang manusia berhenti melakukan kesibukan mencari rezeki untuk beristirahat dari penatnya kerja di siang hari. Dan Dia lah yang menjadikan matahari dan bulan berjalan menurut perhitungan yang telah Dia tetapkan. Keajaiban ciptaan tersebut merupakan ketentuan yang dibuat oleh Rabb Yang Maha Perkasa yang tidak terkalahkan oleh siapa pun lagi Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi makhluk-Nya. (96)

fāliqu l-iṣ'bāḥi wajaʿala al-layla sakanan wal-shamsa wal-qamara ḥus'bānan dhālika taqdīru l-ʿazīzi l-ʿalīmi


وَهُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلنُّجُومَ لِتَهْتَدُوا۟ بِهَا فِى ظُلُمَـٰتِ ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ ۗ قَدْ فَصَّلْنَا ٱلْـَٔايَـٰتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ ( ٩٧ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Dia lah -Subḥānahu wa Ta'ālā- yang menciptakan untuk kalian -wahai anak-anak Adam- bintang-bintang di langit untuk kalian jadikan sebagai petunjuk dalam perjalanan apabila kalian merasakan kebimbangan dalam menentukan jalan yang hendak kalian ambil, baik di darat maupun di laut. Kami telah menjelaskan dalil-dalil dan bukti-bukti yang menunjukkan kekuasaan Kami bagi orang-orang yang mau merenungkannya kemudian mendapatkan manfaat darinya. (97)

wahuwa alladhī jaʿala lakumu l-nujūma litahtadū bihā fī ẓulumāti l-bari wal-baḥri qad faṣṣalnā l-āyāti liqawmin yaʿlamūna


وَهُوَ ٱلَّذِىٓ أَنشَأَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ فَمُسْتَقَرٌّ وَمُسْتَوْدَعٌ ۗ قَدْ فَصَّلْنَا ٱلْـَٔايَـٰتِ لِقَوْمٍ يَفْقَهُونَ ( ٩٨ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Dia lah -Subḥānahu wa Ta'ālā- yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa, yaitu jiwa bapak kalian, Adam. Karena Dia memulai penciptaan kalian dengan menciptakan bapak kalian (Adam) dari tanah liat. Kemudian Dia menciptakan kalian dari dirinya. Dan Dia menciptakan untuk kalian sesuatu yang menjadi tempat kalian, yaitu rahim ibu kalian. Dan Dia juga menciptakan untuk kalian sesuatu yang menjadi tempat penyimpanan kalian, yaitu tulang punggung ayah kalian. Kami telah menjelaskan ayat-ayat itu kepada orang-orang yang memahami firman Allah. (98)

wahuwa alladhī ansha-akum min nafsin wāḥidatin famus'taqarrun wamus'tawdaʿun qad faṣṣalnā l-āyāti liqawmin yafqahūna


وَهُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجْنَا بِهِۦ نَبَاتَ كُلِّ شَىْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُّخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُّتَرَاكِبًا وَمِنَ ٱلنَّخْلِ مِن طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّـٰتٍ مِّنْ أَعْنَابٍ وَٱلزَّيْتُونَ وَٱلرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَـٰبِهٍ ۗ ٱنظُرُوٓا۟ إِلَىٰ ثَمَرِهِۦٓ إِذَآ أَثْمَرَ وَيَنْعِهِۦٓ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكُمْ لَـَٔايَـٰتٍ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ( ٩٩ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Dia lah -Subḥānahu wa Ta'ālā- yang menurunkan air hujan dari langit. Kemudian dengan air hujan itu Dia menumbuhkan segala jenis tanaman. Lalu dari tumbuh-tumbuhan itu Kami keluarkan tanam-tanaman dan pepohonan yang hijau. Dan darinya Kami keluarkan biji-bijian yang bertumpuk-tumpuk, seperti yang terjadi pada bulir-bulir (gandum dan sejenisnya). Dan dari mayang kurma muncul tangkai-tangkai yang dekat sehingga dapat diraih oleh orang yang berdiri maupun orang yang duduk. Kami pun mengeluarkan kebun-kebun anggur. Dan Kami juga mengeluarkan pohon zaitun dan pohon delima yang memiliki kemiripan dalam bentuk daunnya tetapi buahnya berbeda. Perhatikanlah -wahai manusia- bagaimana kondisi buahnya pada awal kemunculannya dan bagaimana kondisinya ketika buahnya telah matang. Sesungguhnya di situ terdapat petunjuk yang nyata mengenai kekuasaan Allah bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya. Karena merekalah yang bisa mendapatkan manfaat dari petunjuk-petunjuk dan bukti-bukti semacam itu. (99)

wahuwa alladhī anzala mina l-samāi māan fa-akhrajnā bihi nabāta kulli shayin fa-akhrajnā min'hu khaḍiran nukh'riju min'hu ḥabban mutarākiban wamina l-nakhli min ṭalʿihā qin'wānun dāniyatun wajannātin min aʿnābin wal-zaytūna wal-rumāna mush'tabihan waghayra mutashābihin unẓurū ilā thamarihi idhā athmara wayanʿihi inna fī dhālikum laāyātin liqawmin yu'minūna


وَجَعَلُوا۟ لِلَّهِ شُرَكَآءَ ٱلْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ ۖ وَخَرَقُوا۟ لَهُۥ بَنِينَ وَبَنَـٰتٍۭ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۚ سُبْحَـٰنَهُۥ وَتَعَـٰلَىٰ عَمَّا يَصِفُونَ ( ١٠٠ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Orang-orang musyrik menjadikan jin sebagai sekutu Allah dalam ibadah tatkala mereka beranggapan bahwa jin dapat mendatangkan manfaat dan menghindarkan mereka dari mara bahaya. Padahal Allahlah yang menciptakan mereka, bukan yang lain. Maka Allah-lah yang paling berhak mereka sembah. Bahkan mereka secara semena-mena menyatakan bahwa Allah mempunyai anak laki-laki, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dengan Uzair dan orang-orang Nasrani dengan Isa. Atau menyatakan bahwa Dia mempunyai anak perempuan, seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik dengan malaikat. Mahasuci Allah dari apa yang dikemukakan oleh orang-orang yang batil. (100)

wajaʿalū lillahi shurakāa l-jina wakhalaqahum wakharaqū lahu banīna wabanātin bighayri ʿil'min sub'ḥānahu wataʿālā ʿammā yaṣifūna


بَدِيعُ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُۥ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُن لَّهُۥ صَـٰحِبَةٌ ۖ وَخَلَقَ كُلَّ شَىْءٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ ( ١٠١ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dia -Subḥānahu wa Ta'ālā- adalah pencipta langit dan pencipta bumi tanpa contoh sebelumnya, bagaimana mungkin Dia mempunyai anak, sementara Dia tidak mempunyai istri? Sedangkan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya. (101)

badīʿu l-samāwāti wal-arḍi annā yakūnu lahu waladun walam takun lahu ṣāḥibatun wakhalaqa kulla shayin wahuwa bikulli shayin ʿalīmun


ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ ۖ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ خَـٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍ فَٱعْبُدُوهُ ۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ ( ١٠٢ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Żāt yang memiliki sifat-sifat seperti demikian itulah Rabb kalian, wahai manusia. Maka tidak ada tuhan lain selain Dia. Dan tidak ada sembahan yang benar selain Dia. Karena Dia lah Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia saja. Karena hanya Dia lah yang berhak disembah. Dan Dia Maha Menjaga segala sesuatu. (102)

dhālikumu l-lahu rabbukum lā ilāha illā huwa khāliqu kulli shayin fa-uʿ'budūhu wahuwa ʿalā kulli shayin wakīlun


لَّا تُدْرِكُهُ ٱلْأَبْصَـٰرُ وَهُوَ يُدْرِكُ ٱلْأَبْصَـٰرَ ۖ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلْخَبِيرُ ( ١٠٣ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dia tidak dapat diliputi (diketahui secara menyeluruh) oleh penglihatan mata, sedangkan Dia -Subḥānahu- dapat menangkap dan meliputi penglihatan mata. Dan Dia Mahalembut terhadap hamba-hamba-Nya yang saleh lagi Maha Mengetahui perihal mereka. (103)

lā tud'rikuhu l-abṣāru wahuwa yud'riku l-abṣāra wahuwa l-laṭīfu l-khabīru


قَدْ جَآءَكُم بَصَآئِرُ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَنْ أَبْصَرَ فَلِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَنْ عَمِىَ فَعَلَيْهَا ۚ وَمَآ أَنَا۠ عَلَيْكُم بِحَفِيظٍ ( ١٠٤ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sungguh telah datang kepada kalian -wahai manusia- hujah-hujah yang jelas dan bukti-bukti yang nyata dari Rabb kalian. Siapa yang mau memahaminya dan mendengarkannya dengan seksama, maka manfaatnya akan kembali kepada dirinya. Dan siapa yang menutup mata terhadapnya, tidak mau memahaminya dan tidak mau mendengarkannya dengan seksama, maka dampak buruknya akan kembali pada dirinya saja. Dan aku bukanlah pengawas bagi kalian yang bertugas menghitung amal perbuatan kalian. Sesungguhnya aku hanyalah seorang utusan dari Tuhanku. Dia lah yang menjadi pengawas bagi kalian. (104)

qad jāakum baṣāiru min rabbikum faman abṣara falinafsihi waman ʿamiya faʿalayhā wamā anā ʿalaykum biḥafīẓin


وَكَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ ٱلْـَٔايَـٰتِ وَلِيَقُولُوا۟ دَرَسْتَ وَلِنُبَيِّنَهُۥ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ ( ١٠٥ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Di samping memberikan beragam dalil dan bukti yang menunjukkan kekuasaan Allah, Kami juga memberikan beragam ayat yang berisi janji, ancaman, serta peringatan. Dan orang-orang musyrik akan mengatakan, “Ini bukan wahyu, tetapi kamu mempelajarinya dari kitab yang ada sebelumnya.” Dan Kami hendak menjelaskan fakta yang benar kepada umat manusia melalui beragam ayat yang Kami berikan kepada orang-orang mukmin dari kalangan umat Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Karena merekalah yang bisa menerima dan mengikuti kebenaran. (105)

wakadhālika nuṣarrifu l-āyāti waliyaqūlū darasta walinubayyinahu liqawmin yaʿlamūna


ٱتَّبِعْ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْمُشْرِكِينَ ( ١٠٦ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Ikutilah -wahai Rasul- kebenaran yang diwahyukan Rabb-mu kepadamu. Karena Dia lah satu-satunya Rabb yang berhak disembah. Dan jangan menyibukkan hatimu dengan penolakan yang ditunjukkan orang-orang kafir. Serahkanlah urusan mereka kepada Allah. (106)

ittabiʿ mā ūḥiya ilayka min rabbika lā ilāha illā huwa wa-aʿriḍ ʿani l-mush'rikīna


وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ مَآ أَشْرَكُوا۟ ۗ وَمَا جَعَلْنَـٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا ۖ وَمَآ أَنتَ عَلَيْهِم بِوَكِيلٍ ( ١٠٧ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sekiranya Allah berkehendak membuat mereka tidak menyekutukan-Nya dengan siapa pun, niscaya mereka tidak akan menyekutukan-Nya dengan siapa pun. Dan Kami tidak menjadikanmu -wahai Rasul- sebagai pengawas yang bertugas menghitung amal perbuatan mereka. Dan kamu bukanlah penilai bagi mereka. Sesungguhnya kamu hanyalah seorang rasul, tugasmu hanyalah menyampaikan pesan. (107)

walaw shāa l-lahu mā ashrakū wamā jaʿalnāka ʿalayhim ḥafīẓan wamā anta ʿalayhim biwakīlin


وَلَا تَسُبُّوا۟ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ فَيَسُبُّوا۟ ٱللَّهَ عَدْوًۢا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِم مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ( ١٠٨ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Janganlah kalian -wahai orang-orang mukmin- mencaci-maki berhala-berhala yang disembah oleh orang-orang musyrik bersama Allah. Walaupun berhala-berhala itu adalah sesuatu yang paling hina dan paling pantas dicaci-maki. Supaya orang-orang musyrik itu tidak mencaci-maki Allah secara semena-mena dan tidak mengetahui apa yang patut bagi-Nya -Subḥānahu-. Sebagaimana mereka yang memandang baik kesesatan yang mereka anut, Kami pun membuat tiap-tiap umat memandang baik perbuatannya masing-masing, baik perbuatan itu sebenarnya baik maupun buruk. Maka mereka pun melakukan perbuatan yang mereka pandang baik itu, kemudian mereka akan dikembalikan kepada Rabb mereka kelak di hari Kiamat. Lalu Rabb mereka akan memberitahu mereka perihal apa yang telah mereka perbuat di dunia dan memberi kepada mereka balasan yang setimpal. (108)

walā tasubbū alladhīna yadʿūna min dūni l-lahi fayasubbū l-laha ʿadwan bighayri ʿil'min kadhālika zayyannā likulli ummatin ʿamalahum thumma ilā rabbihim marjiʿuhum fayunabbi-uhum bimā kānū yaʿmalūna


وَأَقْسَمُوا۟ بِٱللَّهِ جَهْدَ أَيْمَـٰنِهِمْ لَئِن جَآءَتْهُمْ ءَايَةٌ لَّيُؤْمِنُنَّ بِهَا ۚ قُلْ إِنَّمَا ٱلْـَٔايَـٰتُ عِندَ ٱللَّهِ ۖ وَمَا يُشْعِرُكُمْ أَنَّهَآ إِذَا جَآءَتْ لَا يُؤْمِنُونَ ( ١٠٩ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Orang-orang musyrik itu bersumpah demi Allah dengan sekeras-kerasnya, bahwa jika suatu ketika Muhammad datang kepada mereka dengan membawa tanda-tanda (mukjizat) yang mereka usulkan niscaya mereka benar-benar akan percaya kepadanya. Katakanlah -wahai Rasul- kepada mereka, “Mukjizat itu bukanlah wewenangku sehingga bisa kuturunkan sesuka hatiku. Sesungguhnya mukjizat itu adalah wewenang Allah. Dia lah yang bisa menurunkannya menurut kehendak-Nya.” Tahukah kalian -wahai orang-orang mukmin- bahwa apabila mukjizat-mukjizat itu datang kepada mereka seperti yang mereka usulkan, mereka tidak akan beriman? Mereka akan tetap ingkar dan membangkang karena mereka tidak menginginkan hidayah (petunjuk ke jalan yang benar). (109)

wa-aqsamū bil-lahi jahda aymānihim la-in jāathum āyatun layu'minunna bihā qul innamā l-āyātu ʿinda l-lahi wamā yush'ʿirukum annahā idhā jāat lā yu'minūna


وَنُقَلِّبُ أَفْـِٔدَتَهُمْ وَأَبْصَـٰرَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا۟ بِهِۦٓ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِى طُغْيَـٰنِهِمْ يَعْمَهُونَ ( ١١٠ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Kami bolak-balik hati dan mata mereka dengan menghalanginya dari jalan yang benar, sebagaimana Kami menghalangi mereka dari iman kepada Al-Qur`ān sejak awal akibat penolakan mereka. Dan Kami biarkan mereka berada di dalam kesesatan dan pembangkangan mereka kepada Rabb mereka, sehingga mereka kebingungan dan berjalan sempoyongan (110)

wanuqallibu afidatahum wa-abṣārahum kamā lam yu'minū bihi awwala marratin wanadharuhum fī ṭugh'yānihim yaʿmahūna


۞ وَلَوْ أَنَّنَا نَزَّلْنَآ إِلَيْهِمُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ ٱلْمَوْتَىٰ وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَىْءٍ قُبُلًا مَّا كَانُوا۟ لِيُؤْمِنُوٓا۟ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ ( ١١١ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Seandainya Kami benar-benar mengabulkan keinginan mereka, lalu Kami turunkan kepada mereka sejumlah malaikat yang mereka saksikan secara nyata, dan sejumlah orang mati berbicara dan memberitahu mereka perihal kebenaran agama yang kamu bawa, serta Kami penuhi semua usulan mereka secara nyata, pasti mereka tidak akan beriman kepada agama yang kamu bawa, kecuali orang-orang yang Allah kehendaki untuk diberi-Nya hidayah. Tetapi kebanyakan dari mereka tidak mengetahui hal itu, sehingga mereka tidak pernah mengadu kepada Allah untuk mendapatkan hidayah-Nya. (111)

walaw annanā nazzalnā ilayhimu l-malāikata wakallamahumu l-mawtā waḥasharnā ʿalayhim kulla shayin qubulan mā kānū liyu'minū illā an yashāa l-lahu walākinna aktharahum yajhalūna


وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّا شَيَـٰطِينَ ٱلْإِنسِ وَٱلْجِنِّ يُوحِى بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ ٱلْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ ( ١١٢ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sebagaimana Kami mengujimu dengan sikap permusuhan dari orang-orang musyrik, Kami juga menguji setiap nabi sebelummu. Maka setiap nabi Kami beri musuh-musuh yang durhaka dari bangsa manusia dan bangsa jin yang saling membisiki satu sama lain, sehingga mereka menjadikan kebatilan tampak baik di mata para nabi itu untuk memperdaya mereka. Seandainya Allah berkehendak untuk tidak melakukan hal itu, niscaya Dia tidak akan melakukannya. Maka biarkanlah mereka bergelimang dengan kekafiran dan kebatilan yang mereka buat-buat sendiri, dan jangan hiraukan mereka. (112)

wakadhālika jaʿalnā likulli nabiyyin ʿaduwwan shayāṭīna l-insi wal-jini yūḥī baʿḍuhum ilā baʿḍin zukh'rufa l-qawli ghurūran walaw shāa rabbuka mā faʿalūhu fadharhum wamā yaftarūna


وَلِتَصْغَىٰٓ إِلَيْهِ أَفْـِٔدَةُ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِٱلْـَٔاخِرَةِ وَلِيَرْضَوْهُ وَلِيَقْتَرِفُوا۟ مَا هُم مُّقْتَرِفُونَ ( ١١٣ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Supaya hati orang-orang yang tidak percaya kepada akhirat cenderung kepada bisikan-bisikan mereka dan agar mereka menerimanya dengan lapang dada untuk diri mereka. Dan juga supaya mereka melakukan perbuatan-perbuatan maksiat serta dosa yang biasa dilakukan para musuh tersebut. (113)

walitaṣghā ilayhi afidatu alladhīna lā yu'minūna bil-ākhirati waliyarḍawhu waliyaqtarifū mā hum muq'tarifūna


أَفَغَيْرَ ٱللَّهِ أَبْتَغِى حَكَمًا وَهُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ إِلَيْكُمُ ٱلْكِتَـٰبَ مُفَصَّلًا ۚ وَٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَـٰهُمُ ٱلْكِتَـٰبَ يَعْلَمُونَ أَنَّهُۥ مُنَزَّلٌ مِّن رَّبِّكَ بِٱلْحَقِّ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلْمُمْتَرِينَ ( ١١٤ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang musyrik yang menyembah tuhan lain selain Allah itu, “Apakah masuk akal bila aku menerima selain Allah sebagai hakim antara aku dan kalian?” Sedangkan Allah adalah Rabb yang menurunkan kitab suci Al-Qur`ān kepada kalian untuk memberikan penjelasan yang cukup tentang segala sesuatu. Sementara orang-orang Yahudi yang Kami beri kitab suci Taurat dan orang-orang Nasrani yang Kami beri kitab suci Injil pun tahu bahwa kitab suci Al-Qur`ān diturunkan kepadamu yang mengandung kebenaran. Hal itu karena mereka menemukan penjelasan tentang hal itu di dalam kitab suci mereka masing-masing. Jadi jangan sekali-kali kamu merasa bimbang terhadap apa yang Kami wahyukan kepadamu. (114)

afaghayra l-lahi abtaghī ḥakaman wahuwa alladhī anzala ilaykumu l-kitāba mufaṣṣalan wa-alladhīna ātaynāhumu l-kitāba yaʿlamūna annahu munazzalun min rabbika bil-ḥaqi falā takūnanna mina l-mum'tarīna


وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا ۚ لَّا مُبَدِّلَ لِكَلِمَـٰتِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ ( ١١٥ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Al-Qur`ān sebagai kitab yang paling benar dalam kata-katanya dan beritanya. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimatnya. Dan Dia lah Rabb Yang Maha Mendengar ucapan hamba-hamba-Nya lagi Maha Mengetahuinya, sehingga tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan Nya. Dan Dia akan memberi mereka balasan bagi yang berusaha mengubah kalimat-kalimat-Nya. (115)

watammat kalimatu rabbika ṣid'qan waʿadlan lā mubaddila likalimātihi wahuwa l-samīʿu l-ʿalīmu


وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِى ٱلْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ ( ١١٦ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Jika seumpama kamu -wahai Rasul- mengikuti kebanyakan manusia yang ada di muka bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari agama Allah. Karena sunatullah yang berlaku menunjukkan bahwa kebenaran selalu minoritas. Karena sebagian besar manusia hanya mengikuti prasangka yang tidak berdasar. Mereka menyangka bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu dapat mendekatkan mereka kepada Allah, padahal mereka berdusta tentang hal itu. (116)

wa-in tuṭiʿ akthara man fī l-arḍi yuḍillūka ʿan sabīli l-lahi in yattabiʿūna illā l-ẓana wa-in hum illā yakhruṣūna


إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ مَن يَضِلُّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ ( ١١٧ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sesungguhnya Rabbmu -wahai Rasul- lebih tahu tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan lebih tahu tentang orang yang mengikuti jalan-Nya. Tidak ada sesuatu pun terkait hal itu yang luput dari pengetahuan-Nya. (117)

inna rabbaka huwa aʿlamu man yaḍillu ʿan sabīlihi wahuwa aʿlamu bil-muh'tadīna


فَكُلُوا۟ مِمَّا ذُكِرَ ٱسْمُ ٱللَّهِ عَلَيْهِ إِن كُنتُم بِـَٔايَـٰتِهِۦ مُؤْمِنِينَ ( ١١٨ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Makanlah -wahai manusia- binatang yang disembelih dengan menyebut nama Allah, jika kalian benar-benar percaya akan bukti-bukti yang nyata dari-Nya. (118)

fakulū mimmā dhukira us'mu l-lahi ʿalayhi in kuntum biāyātihi mu'minīna


وَمَا لَكُمْ أَلَّا تَأْكُلُوا۟ مِمَّا ذُكِرَ ٱسْمُ ٱللَّهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُم مَّا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا ٱضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا لَّيُضِلُّونَ بِأَهْوَآئِهِم بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُعْتَدِينَ ( ١١٩ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Apa yang mencegah kalian -wahai orang-orang mukmin- untuk memakan binatang yang disembelih dengan menyebut nama Allah? Padahal Allah telah menjelaskan kepada kalian apa-apa yang diharamkan bagi kalian sehingga harus kalian tinggalkan, kecuali dalam kondisi darurat. Karena kondisi darurat membuat yang terlarang menjadi boleh. Dan banyak orang-orang musyrik yang tersesat berusaha menyesatkan para pengikut mereka dengan pendapat-pendapat mereka yang salah lantaran kebodohan mereka. Mereka menghalalkan apa-apa yang telah Allah haramkan bagi mereka, seperti bangkai dan lain-lain, dan mengharamkan apa-apa yang Allah halalkan bagi mereka, seperti binatang-binatang baḥīrah, waṣīlah, ḥāmī dan lain-lain. Sesungguhnya Rabbmu -wahai Rasul- lebih tahu tentang orang-orang yang melampaui batas-batas Allah. Dan Dia akan memberi mereka balasan yang setimpal atas perbuatan mereka yang melampaui batas-batas-Nya. (119)

wamā lakum allā takulū mimmā dhukira us'mu l-lahi ʿalayhi waqad faṣṣala lakum mā ḥarrama ʿalaykum illā mā uḍ'ṭurir'tum ilayhi wa-inna kathīran layuḍillūna bi-ahwāihim bighayri ʿil'min inna rabbaka huwa aʿlamu bil-muʿ'tadīna


وَذَرُوا۟ ظَـٰهِرَ ٱلْإِثْمِ وَبَاطِنَهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكْسِبُونَ ٱلْإِثْمَ سَيُجْزَوْنَ بِمَا كَانُوا۟ يَقْتَرِفُونَ ( ١٢٠ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Tinggalkanlah -wahai manusia- perbuatan-perbuatan maksiat, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sesungguhnya orang-orang yang berbuat maksiat di kala sepi maupun terang-terangan pasti akan dibalas oleh Allah dengan balasan yang setimpal dengan perbuatan mereka. (120)

wadharū ẓāhira l-ith'mi wabāṭinahu inna alladhīna yaksibūna l-ith'ma sayuj'zawna bimā kānū yaqtarifūna


وَلَا تَأْكُلُوا۟ مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ ٱسْمُ ٱللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُۥ لَفِسْقٌ ۗ وَإِنَّ ٱلشَّيَـٰطِينَ لَيُوحُونَ إِلَىٰٓ أَوْلِيَآئِهِمْ لِيُجَـٰدِلُوكُمْ ۖ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ ( ١٢١ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan janganlah kamu -wahai orang-orang muslim- memakan binatang yang disembelih tanpa menyebut nama Allah, baik disebut nama yang lain maupun tidak. Sesungguhnya memakan binatang semacam itu berarti keluar dari ketaatan kepada Allah menuju kedurhakaan kepada-Nya. Dan sesungguhnya setan-setan senantiasa menggoda teman-temannya dengan memberikan syubhat-syubhat untuk mendebat kalian perihal hukum memakan bangkai. Dan jika kalian -wahai orang-orang muslim- mengikuti godaan setan-setan yang berusaha menghalalkan bangkai itu niscaya kalian akan sama dengan mereka dalam hal kemusyrikan. (121)

walā takulū mimmā lam yudh'kari us'mu l-lahi ʿalayhi wa-innahu lafis'qun wa-inna l-shayāṭīna layūḥūna ilā awliyāihim liyujādilūkum wa-in aṭaʿtumūhum innakum lamush'rikūna


أَوَمَن كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَـٰهُ وَجَعَلْنَا لَهُۥ نُورًا يَمْشِى بِهِۦ فِى ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِى ٱلظُّلُمَـٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَـٰفِرِينَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ( ١٢٢ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Apakah orang yang tadinya seolah telah mati sebelum mendapatkan hidayah dari Allah -karena ia menyimpan kekafiran, kebodohan, dan kedurhakaan- kemudian Kami hidupkan dengan memberinya petunjuk kepada keimanan, ilmu pengetahuan, dan ketaatan itu sama dengan orang yang berada di dalam gelapnya kekafiran, kebodohan, dan kedurhakaan sehingga tidak dapat keluar darinya karena kebingungan mencari jalan keluar dan tidak mengetahui jalan yang benar? Sebagaimana orang-orang musyrik itu memandang baik perbuatan mereka menyekutukan Allah, memakan bangkai, dan berdebat dengan cara yang batil, mereka kaum kafir juga memandang baik perbuatan-perbuatan maksiat yang mereka lakukan untuk mendapatkan azab yang sangat pedih sebagai balasannya kelak di hari Kiamat. (122)

awaman kāna maytan fa-aḥyaynāhu wajaʿalnā lahu nūran yamshī bihi fī l-nāsi kaman mathaluhu fī l-ẓulumāti laysa bikhārijin min'hā kadhālika zuyyina lil'kāfirīna mā kānū yaʿmalūna


وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا فِى كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَـٰبِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا۟ فِيهَا ۖ وَمَا يَمْكُرُونَ إِلَّا بِأَنفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ ( ١٢٣ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Seperti halnya yang terjadi pada para pembesar orang-orang musyrik di Makkah yang senantiasa menghalang-halangi manusia dari jalan Allah, Kami juga menjadikan pemuka-pemuka dan pembesar-pembesar di setiap negeri yang senantiasa berjuang dan berupaya untuk mengajak manusia ke jalan setan dan memerangi para rasul beserta pengikut-pengikutnya. Tetapi kenyataannya, bahwa upaya dan tipu daya yang mereka lakukan itu sebenarnya kembali kepada diri mereka sendiri. Hanya saja mereka tidak merasakannya. Hal itu karena kebodohan mereka dan kesenangan mereka memperturutkan hawa nafsu mereka. (123)

wakadhālika jaʿalnā fī kulli qaryatin akābira muj'rimīhā liyamkurū fīhā wamā yamkurūna illā bi-anfusihim wamā yashʿurūna


وَإِذَا جَآءَتْهُمْ ءَايَةٌ قَالُوا۟ لَن نُّؤْمِنَ حَتَّىٰ نُؤْتَىٰ مِثْلَ مَآ أُوتِىَ رُسُلُ ٱللَّهِ ۘ ٱللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُۥ ۗ سَيُصِيبُ ٱلَّذِينَ أَجْرَمُوا۟ صَغَارٌ عِندَ ٱللَّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌۢ بِمَا كَانُوا۟ يَمْكُرُونَ ( ١٢٤ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Apabila ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada nabi-Nya ditunjukkan kepada para pembesar kaum kafir, maka mereka akan berkata, “Kami tidak akan percaya sebelum Allah memberi kami derajat kenabian dan kerasulan seperti yang Dia berikan kepada para Nabi dan Rasul.” Kemudian Allah menjawab ucapan mereka itu dengan menyatakan bahwa Allah lebih mengetahui siapa yang pantas menjadi rasul dan siapa yang mampu mengemban tugas itu, kemudian memberikan derajat kenabian dan kerasulan itu kepadanya. Para pembangkang yang jahat itu akan mendapatkan kehinaan dan kenistaan akibat kesombongan mereka untuk menerima kebenaran. Dan mereka akan ditimpa azab yang sangat pedih akibat tipu daya yang mereka buat. (124)

wa-idhā jāathum āyatun qālū lan nu'mina ḥattā nu'tā mith'la mā ūtiya rusulu l-lahi l-lahu aʿlamu ḥaythu yajʿalu risālatahu sayuṣību alladhīna ajramū ṣaghārun ʿinda l-lahi waʿadhābun shadīdun bimā kānū yamkurūna


فَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهْدِيَهُۥ يَشْرَحْ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلَـٰمِ ۖ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُۥ يَجْعَلْ صَدْرَهُۥ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى ٱلسَّمَآءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ ٱللَّهُ ٱلرِّجْسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ ( ١٢٥ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah untuk dibimbing ke jalan yang benar maka dilapangkan dadanya untuk menerima agama Islam dengan sukarela. Dan barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah untuk diabaikan dan tidak dibimbing ke jalan yang benar maka disempitkan dadanya sehingga tidak bisa menerima kebenaran. Keadaannya seperti orang yang naik ke langit yang tinggi hingga susah bernafas. Dan sebagaimana Allah memberikan kondisi yang sangat sempit itu kepada orang yang tersesat, Dia juga memberikan azab yang berat kepada orang-orang yang tidak beriman kepada-Nya. (125)

faman yuridi l-lahu an yahdiyahu yashraḥ ṣadrahu lil'is'lāmi waman yurid an yuḍillahu yajʿal ṣadrahu ḍayyiqan ḥarajan ka-annamā yaṣṣaʿʿadu fī l-samāi kadhālika yajʿalu l-lahu l-rij'sa ʿalā alladhīna lā yu'minūna


وَهَـٰذَا صِرَٰطُ رَبِّكَ مُسْتَقِيمًا ۗ قَدْ فَصَّلْنَا ٱلْـَٔايَـٰتِ لِقَوْمٍ يَذَّكَّرُونَ ( ١٢٦ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Agama yang telah Kami syariatkan untukmu -wahai Rasul- adalah jalan Allah yang lurus, tidak bengkok sedikitpun. Kami telah menjelaskan banyak ayat kepada orang yang memiliki kemampuan untuk mengerti dan memahami pelajaran dari Allah. (126)

wahādhā ṣirāṭu rabbika mus'taqīman qad faṣṣalnā l-āyāti liqawmin yadhakkarūna


۞ لَهُمْ دَارُ ٱلسَّلَـٰمِ عِندَ رَبِّهِمْ ۖ وَهُوَ وَلِيُّهُم بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ( ١٢٧ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Mereka akan mendapatkan Surga, di dalamnya mereka akan selamat dari segala hal yang tidak menyenangkan. Dan Allah lah yang akan menjadi penolong dan pendukung mereka sebagai balasan atas kebajikan yang telah mereka lakukan. (127)

lahum dāru l-salāmi ʿinda rabbihim wahuwa waliyyuhum bimā kānū yaʿmalūna


وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَـٰمَعْشَرَ ٱلْجِنِّ قَدِ ٱسْتَكْثَرْتُم مِّنَ ٱلْإِنسِ ۖ وَقَالَ أَوْلِيَآؤُهُم مِّنَ ٱلْإِنسِ رَبَّنَا ٱسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَآ أَجَلَنَا ٱلَّذِىٓ أَجَّلْتَ لَنَا ۚ قَالَ ٱلنَّارُ مَثْوَىٰكُمْ خَـٰلِدِينَ فِيهَآ إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُ ۗ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ ( ١٢٨ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan ingatlah -wahai Rasul- tatkala Allah mengumpulkan dua golongan makhluk-Nya; jin dan manusia, kemudian Allah berfirman, “Wahai sekalian jin! Kalian telah banyak menyesatkan manusia dan menghalang-halangi mereka dari jalan Allah.” Lalu para pengikutnya dari golongan manusia menjawab Rabb mereka, “Kami sama-sama mendapatkan kesenangan dari yang lain. Bangsa jin mendapatkan kesenangan dengan kepatuhan bangsa manusia kepadanya. Sedangkan bangsa manusia mendapatkan kesenangan dengan tercapainya keinginannya. Dan kami telah sampai pada ajal yang telah Engkau tetapkan bagi kami. Maka hari ini adalah hari Kiamat.” Allah berfirman, “Neraka adalah tempat tinggal kalian untuk selama-lamanya. Kecuali orang yang Allah kehendaki masa tertentu yakni sejak mereka dibangkitkan dari kubur hingga kesudahan mereka di Neraka Jahanam, itulah masa yang Allah kecualikan bagi yang tidak masuk ke neraka secara abadi.” Sesungguhnya Rabbmu -wahai Rasul- Maha Bijaksana dalam menetapkan dan mengatur segala sesuatu, lagi Maha Mengetahui perihal hamba-hamba-Nya dan siapa saja yang berhak mendapatkan azab-Nya. (128)

wayawma yaḥshuruhum jamīʿan yāmaʿshara l-jini qadi is'takthartum mina l-insi waqāla awliyāuhum mina l-insi rabbanā is'tamtaʿa baʿḍunā bibaʿḍin wabalaghnā ajalanā alladhī ajjalta lanā qāla l-nāru mathwākum khālidīna fīhā illā mā shāa l-lahu inna rabbaka ḥakīmun ʿalīmun


وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّى بَعْضَ ٱلظَّـٰلِمِينَ بَعْضًۢا بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ ( ١٢٩ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan sebagaimana Kami telah memberikan kuasa kepada jin yang durhaka agar menyesatkan sebagian manusia, Kami juga memberikan kuasa kepada orang yang zalim agar mendorong orang yang zalim lainnya untuk berbuat jahat, menghalang-halanginya serta menjauhkannya supaya tidak berbuat baik, sebagai balasan atas perbuatan maksiat yang telah mereka lakukan. (129)

wakadhālika nuwallī baʿḍa l-ẓālimīna baʿḍan bimā kānū yaksibūna


يَـٰمَعْشَرَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِّنكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ ءَايَـٰتِى وَيُنذِرُونَكُمْ لِقَآءَ يَوْمِكُمْ هَـٰذَا ۚ قَالُوا۟ شَهِدْنَا عَلَىٰٓ أَنفُسِنَا ۖ وَغَرَّتْهُمُ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا وَشَهِدُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا۟ كَـٰفِرِينَ ( ١٣٠ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Kami akan berfirman pada hari Kiamat, “Wahai sekalian jin dan manusia! Bukankah telah datang kepada kalian rasul-rasul dari bangsa kalian -yakni dari bangsa manusia- yang membacakan kepada kalian wahyu yang Allah turunkan kepada mereka, dan memperingatkan mereka akan adanya perjumpaan (dengan Allah) di hari Kiamat ini?” Mereka menjawab, “Ya, benar. Hari ini kami mengakui bahwa rasul-rasul-Mu telah datang kepada kami. Dan kami juga mengakui adanya perjumpaan (dengan-Mu) di hari ini. Akan tetapi kami dahulu tidak percaya kepada rasul-rasul-Mu dan tidak percaya akan adanya perjumpaan (dengan-Mu) di hari ini.” Mereka tertipu oleh kemegahan dan kenikmatan semu yang ada di dalam kehidupan dunia. Dan mereka mengakui bahwa selama di dunia mereka ingkar kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Namun pengakuan dan keimanan itu tidak ada gunanya bagi mereka, karena sudah terlambat. (130)

yāmaʿshara l-jini wal-insi alam yatikum rusulun minkum yaquṣṣūna ʿalaykum āyātī wayundhirūnakum liqāa yawmikum hādhā qālū shahid'nā ʿalā anfusinā wagharrathumu l-ḥayatu l-dun'yā washahidū ʿalā anfusihim annahum kānū kāfirīna


ذَٰلِكَ أَن لَّمْ يَكُن رَّبُّكَ مُهْلِكَ ٱلْقُرَىٰ بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا غَـٰفِلُونَ ( ١٣١ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Alasan-alasan yang diwujudkan dalam bentuk mengutus para rasul kepada manusia dan jin itu dimaksudkan supaya tidak ada seorang pun yang dihukum atas perbuatannya sementara belum ada rasul yang diutus kepadanya dan belum ada dakwah yang sampai kepadanya. Karena Kami tidak akan menjatuhkan hukuman kepada umat mana pun kecuali Kami telah mengutus para rasul kepada mereka. (131)

dhālika an lam yakun rabbuka muh'lika l-qurā biẓul'min wa-ahluhā ghāfilūna


وَلِكُلٍّ دَرَجَـٰتٌ مِّمَّا عَمِلُوا۟ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَـٰفِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ ( ١٣٢ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Masing-masing dari mereka memiliki derajat yang sesuai dengan amal perbuatan mereka. Maka tidak sama antara orang yang banyak keburukannya dengan orang yang sedikit keburukannya. Dan juga tidak sama antara orang yang mengikuti dan orang yang diikuti. Tidak sama juga pahala yang diberikan kepada orang-orang yang mengerjakan amal saleh. Dan Rabbmu tidak lalai terhadap apa yang telah mereka perbuat. Dia senantiasa mengetahuinya. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya. Dan Dia akan memberi mereka balasan yang setimpal dengan perbuatan mereka. (132)

walikullin darajātun mimmā ʿamilū wamā rabbuka bighāfilin ʿammā yaʿmalūna


وَرَبُّكَ ٱلْغَنِىُّ ذُو ٱلرَّحْمَةِ ۚ إِن يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَسْتَخْلِفْ مِنۢ بَعْدِكُم مَّا يَشَآءُ كَمَآ أَنشَأَكُم مِّن ذُرِّيَّةِ قَوْمٍ ءَاخَرِينَ ( ١٣٣ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Rabbmu -wahai Rasul- adalah Rabb Yang Mahakaya terhadap hamba-hamba-Nya. Dia sama sekali tidak membutuhkan bantuan mereka. Bahkan Dia tidak membutuhkan ibadah mereka, dan Dia sama sekali tidak dirugikan oleh kekafiran mereka. Namun kendati Dia tidak membutuhkan mereka, Dia sangat penyayang kepada mereka. Jika Dia menghendaki untuk membinasakanmu -wahai hamba-hamba yang durhaka- Dia akan membinasakan kalian dengan azab-Nya. Dan setelah kehancuran kalian akan ada orang yang dikehendaki-Nya menjadi orang-orang yang beriman dan patuh kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kalian dari keturunan kaum lain yang berbeda dengan orang-orang sebelum kalian. (133)

warabbuka l-ghaniyu dhū l-raḥmati in yasha yudh'hib'kum wayastakhlif min baʿdikum mā yashāu kamā ansha-akum min dhurriyyati qawmin ākharīna


إِنَّ مَا تُوعَدُونَ لَـَٔاتٍ ۖ وَمَآ أَنتُم بِمُعْجِزِينَ ( ١٣٤ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepada kalian -wahai orang-orang kafir- tentang hari kebangkitan dari kubur, penghitungan amal, dan hukuman (di hari Kiamat) pasti akan datang, bukan hal yang mustahil. Dan kalian tidak akan bisa melarikan diri dari Rabb kalian. Dia pasti akan menangkap dan menghukum kalian dengan azab-Nya. (134)

inna mā tūʿadūna laātin wamā antum bimuʿ'jizīna


قُلْ يَـٰقَوْمِ ٱعْمَلُوا۟ عَلَىٰ مَكَانَتِكُمْ إِنِّى عَامِلٌ ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَن تَكُونُ لَهُۥ عَـٰقِبَةُ ٱلدَّارِ ۗ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلظَّـٰلِمُونَ ( ١٣٥ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul-, “Wahai kaumku! Tetaplah kalian dengan perilaku kalian dan pertahankanlah kekafiran serta kesesatan kalian. Karena aku telah membantah alasan kalian dan menegakkan dalil yang menjelaskan kesalahan kalian dengan sejelas-jelasnya. Maka aku tidak peduli dengan kekafiran dan kesesatan kalian. Aku akan mempertahankan kebenaran yang aku yakini. Maka kalian akan tahu siapa yang akan mendapat kemenangan di dunia, siapa yang akan mewarisi bumi, dan siapa yang akan mendapatkan kebahagiaan hidup di Akhirat. Sesungguhnya orang-orang musyrik tidak akan mendapatkan kemenangan di dunia maupun di Akhirat. Bahkan nasib mereka akan berakhir dengan kerugian, walaupun mereka bisa menikmati kesenangan yang mereka sukai di dunia. (135)

qul yāqawmi iʿ'malū ʿalā makānatikum innī ʿāmilun fasawfa taʿlamūna man takūnu lahu ʿāqibatu l-dāri innahu lā yuf'liḥu l-ẓālimūna


وَجَعَلُوا۟ لِلَّهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ ٱلْحَرْثِ وَٱلْأَنْعَـٰمِ نَصِيبًا فَقَالُوا۟ هَـٰذَا لِلَّهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَـٰذَا لِشُرَكَآئِنَا ۖ فَمَا كَانَ لِشُرَكَآئِهِمْ فَلَا يَصِلُ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَمَا كَانَ لِلَّهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَىٰ شُرَكَآئِهِمْ ۗ سَآءَ مَا يَحْكُمُونَ ( ١٣٦ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Orang-orang yang menyekutukan Allah mempersembahkan kepada Allah satu bagian dari apa yang Dia ciptakan dari tanam-tanaman dan binatang ternak, lalu mereka mengaku bahwa bagian itu adalah milik Allah. Dan mereka mempersembahkan satu bagian lain kepada berhala-berhala mereka. Lalu (mereka mengaku bahwa) bagian yang mereka peruntukan bagi berhala-berhala mereka tidak akan sampai kepada orang-orang yang ditetapkan oleh Allah sebagai penerima zakat, seperti orang-orang fakir dan orang-orang miskin. Tetapi bagian yang mereka peruntukan bagi Allah akan sampai kepada berhala-berhala mereka dan akan dipergunakan untuk kepentingan berhala-berhala itu. Sungguh buruk keputusan dan pembagian yang mereka buat. (136)

wajaʿalū lillahi mimmā dhara-a mina l-ḥarthi wal-anʿāmi naṣīban faqālū hādhā lillahi bizaʿmihim wahādhā lishurakāinā famā kāna lishurakāihim falā yaṣilu ilā l-lahi wamā kāna lillahi fahuwa yaṣilu ilā shurakāihim sāa mā yaḥkumūna


وَكَذَٰلِكَ زَيَّنَ لِكَثِيرٍ مِّنَ ٱلْمُشْرِكِينَ قَتْلَ أَوْلَـٰدِهِمْ شُرَكَآؤُهُمْ لِيُرْدُوهُمْ وَلِيَلْبِسُوا۟ عَلَيْهِمْ دِينَهُمْ ۖ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ ( ١٣٧ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Di samping membuat orang-orang musyrik memandang baik keputusan yang tidak adil tersebut, setan juga membuat banyak orang-orang musyrik memandang baik perbuatan mereka yang membunuh anak-anak mereka karena takut miskin. Hal itu dikarenakan setan hendak mencelakakan mereka dengan cara menjerumuskan mereka ke dalam tindak pembunuhan terhadap orang yang nyawanya dilindungi oleh Allah, kecuali dengan hak. Dan setan juga hendak merusak pemahaman agama mereka hingga mereka tidak mengetahui apa yang dibenarkan oleh syariat dan apa yang tidak. Sekiranya Allah menghendaki mereka tidak melakukan hal itu pasti mereka tidak akan melakukannya. Akan tetapi Allah menghendaki hal itu terjadi karena ada hikmah yang sangat penting. Maka biarkanlah -wahai Rasul- orang-orang musyrik itu dengan kebohongan yang mereka buat atas nama Allah, karena hal itu sama sekali tidak merugikanmu. Dan serahkanlah urusan mereka kepada Allah. (137)

wakadhālika zayyana likathīrin mina l-mush'rikīna qatla awlādihim shurakāuhum liyur'dūhum waliyalbisū ʿalayhim dīnahum walaw shāa l-lahu mā faʿalūhu fadharhum wamā yaftarūna


وَقَالُوا۟ هَـٰذِهِۦٓ أَنْعَـٰمٌ وَحَرْثٌ حِجْرٌ لَّا يَطْعَمُهَآ إِلَّا مَن نَّشَآءُ بِزَعْمِهِمْ وَأَنْعَـٰمٌ حُرِّمَتْ ظُهُورُهَا وَأَنْعَـٰمٌ لَّا يَذْكُرُونَ ٱسْمَ ٱللَّهِ عَلَيْهَا ٱفْتِرَآءً عَلَيْهِ ۚ سَيَجْزِيهِم بِمَا كَانُوا۟ يَفْتَرُونَ ( ١٣٨ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Orang-orang musyrik berkata, “Jenis-jenis hewan ternak dan tanam-tanaman ini terlarang.” Tidak ada yang boleh memakannya selain orang-orang yang mereka kehendaki menurut anggapan mereka secara dusta. Mereka adalah para pelayan berhala dan lain-lain. Ini adalah hewan-hewan ternak yang diharamkan punggungnya. Sehingga tidak boleh dinaiki dan tidak boleh diberi muatan. Yaitu hewan-hewan yang disebut dengan baḥīrah, sā`ibah, dan ḥāmī. Dan ini adalah hewan-hewan yang mereka sembelih tanpa menyebut nama Allah. Mereka menyembelihnya dengan menyebut nama berhala-berhala mereka. Mereka melakukan semua itu berdasarkan kebohongan yang mereka buat atas nama Allah bahwa hal itu berasal dari sisi-Nya. Allah akan membalas perbuatan mereka dengan azab-Nya disebabkan kebohongan yang mereka buat. (138)

waqālū hādhihi anʿāmun waḥarthun ḥij'run lā yaṭʿamuhā illā man nashāu bizaʿmihim wa-anʿāmun ḥurrimat ẓuhūruhā wa-anʿāmun lā yadhkurūna is'ma l-lahi ʿalayhā if'tirāan ʿalayhi sayajzīhim bimā kānū yaftarūna


وَقَالُوا۟ مَا فِى بُطُونِ هَـٰذِهِ ٱلْأَنْعَـٰمِ خَالِصَةٌ لِّذُكُورِنَا وَمُحَرَّمٌ عَلَىٰٓ أَزْوَٰجِنَا ۖ وَإِن يَكُن مَّيْتَةً فَهُمْ فِيهِ شُرَكَآءُ ۚ سَيَجْزِيهِمْ وَصْفَهُمْ ۚ إِنَّهُۥ حَكِيمٌ عَلِيمٌ ( ١٣٩ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan mereka berkata, “Janin yang ada di dalam perut hewan sā`ibah dan baḥīrah, jika lahir dalam keadaan hidup maka janin itu halal bagi laki-laki kami, namun haram bagi wanita kami. Dan jika janin yang ada di perutnya lahir dalam keadaan mati maka laki-laki dan wanita sama-sama boleh memakannya. Kelak Allah akan membalas perbuatan mereka akibat ucapan mereka itu. Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- Maha Bijaksana dalam menetapkan syariat-Nya dan mengatur urusan makhluk-Nya, lagi Maha Mengetahui perihal mereka. (139)

waqālū mā fī buṭūni hādhihi l-anʿāmi khāliṣatun lidhukūrinā wamuḥarramun ʿalā azwājinā wa-in yakun maytatan fahum fīhi shurakāu sayajzīhim waṣfahum innahu ḥakīmun ʿalīmun


قَدْ خَسِرَ ٱلَّذِينَ قَتَلُوٓا۟ أَوْلَـٰدَهُمْ سَفَهًۢا بِغَيْرِ عِلْمٍ وَحَرَّمُوا۟ مَا رَزَقَهُمُ ٱللَّهُ ٱفْتِرَآءً عَلَى ٱللَّهِ ۚ قَدْ ضَلُّوا۟ وَمَا كَانُوا۟ مُهْتَدِينَ ( ١٤٠ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sungguh celaka orang-orang yang membunuh anak-anaknya karena kebodohan dan kepandiran mereka dan mengharamkan hewan-hewan ternak yang Allah berikan kepada mereka secara mengada-ada atas nama Allah. Mereka benar-benar tersesat dari jalan yang lurus dan tidak mengetahui jalan yang benar. (140)

qad khasira alladhīna qatalū awlādahum safahan bighayri ʿil'min waḥarramū mā razaqahumu l-lahu if'tirāan ʿalā l-lahi qad ḍallū wamā kānū muh'tadīna


۞ وَهُوَ ٱلَّذِىٓ أَنشَأَ جَنَّـٰتٍ مَّعْرُوشَـٰتٍ وَغَيْرَ مَعْرُوشَـٰتٍ وَٱلنَّخْلَ وَٱلزَّرْعَ مُخْتَلِفًا أُكُلُهُۥ وَٱلزَّيْتُونَ وَٱلرُّمَّانَ مُتَشَـٰبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَـٰبِهٍ ۚ كُلُوا۟ مِن ثَمَرِهِۦٓ إِذَآ أَثْمَرَ وَءَاتُوا۟ حَقَّهُۥ يَوْمَ حَصَادِهِۦ ۖ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ ( ١٤١ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Allah yang menciptakan kebun-kebun yang terhampar di muka bumi, baik berupa tanaman-tanaman yang tidak mempuyai batang maupun pepohonan yang memiliki batang. Dia lah yang menciptakan pohon kurma dan menciptakan tanaman-tanaman yang beraneka ragam buahnya dari segi bentuk dan cita rasanya. Dan Dia lah yang menciptakan buah zaitun dan buah delima yang daunnya serupa tetapi rasanya (buahnya) berbeda. Makanlah -wahai manusia- dari buahnya apabila tanaman itu berbuah, dan tunaikanlah zakatnya pada waktu panen. Dan janganlah kalian melampaui batas-batas yang telah ditetapkan oleh syariat ketika memakannya dan membelanjakannya. Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas dalam masalah tersebut maupun masalah lainnya. Bahkan Dia murka kepada orang-orang semacam itu. Sesungguhnya Allah menciptakan semua hal yang dihalalkan itu untuk hamba-hamba-Nya. Maka orang-orang musyrik tidak berhak mengharamkannya. (141)

wahuwa alladhī ansha-a jannātin maʿrūshātin waghayra maʿrūshātin wal-nakhla wal-zarʿa mukh'talifan ukuluhu wal-zaytūna wal-rumāna mutashābihan waghayra mutashābihin kulū min thamarihi idhā athmara waātū ḥaqqahu yawma ḥaṣādihi walā tus'rifū innahu lā yuḥibbu l-mus'rifīna


وَمِنَ ٱلْأَنْعَـٰمِ حَمُولَةً وَفَرْشًا ۚ كُلُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَـٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ( ١٤٢ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Dia lah yang menciptakan untuk kalian hewan-hewan ternak yang layak digunakan sebagai pengangkut barang, seperti unta yang sudah besar, dan hewan-hewan yang tidak layak digunakan sebagai pengangkut barang, seperti unta yang masih kecil atau kambing. Makanlah -wahai manusia- rezeki yang Allah berikan kepada kalian di antara hewan-hewan yang halal dikonsumsi. Dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan dalam menghalalkan apa yang Allah haramkan dan mengharamkan apa yang Allah, seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik. Sesungguhnya setan itu bagi kalian -wahai manusia- adalah musuh yang nyata permusuhannya. Setan menginginkan agar kalian senantiasa durhaka kepada Allah. (142)

wamina l-anʿāmi ḥamūlatan wafarshan kulū mimmā razaqakumu l-lahu walā tattabiʿū khuṭuwāti l-shayṭāni innahu lakum ʿaduwwun mubīnun


ثَمَـٰنِيَةَ أَزْوَٰجٍ ۖ مِّنَ ٱلضَّأْنِ ٱثْنَيْنِ وَمِنَ ٱلْمَعْزِ ٱثْنَيْنِ ۗ قُلْ ءَآلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ ٱلْأُنثَيَيْنِ أَمَّا ٱشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ ٱلْأُنثَيَيْنِ ۖ نَبِّـُٔونِى بِعِلْمٍ إِن كُنتُمْ صَـٰدِقِينَ ( ١٤٣ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Allah menciptakan bagi kalian delapan jenis hewan; sepasang domba jantan-betina dan sepasang kambing. Tanyakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang musyrik, “Apakah Allah -Ta'ālā- mengharamkan domba dan kambing jantan karena jenisnya jantan?” Jika mereka menjawab, “Ya,” tanyakanlah kepada mereka, "Lantas mengapa kalian mengharamkan domba dan kambing betina? Atau apakah Allah mengharamkannya karena jenisnya betina?” Jika mereka menjawab, “Ya,” tanyakanlah kepada mereka, “Lantas mengapa kalian mengharamkan domba dan kambing jantan? Ataukah Allah mengharamkan janin yang terkandung di dalam rahim domba dan kambing betina karena keberadaannya di dalam rahim?” Jika mereka menjawab, “Ya” tanyakanlah kepada mereka, “Lantas mengapa kalian membedakan antara janin yang terkandung di dalam rahim; terkadang mengharamkan jantannya dan sesekali mengharamkan betinanya? Jelaskanlah padaku -wahai orang-orang musyrik- apa landasan ilmu sahih yang kalian gunakan jika kalian sungguh-sungguh dengan klaim kalian bahwa pengharaman itu berasal dari Allah.” (143)

thamāniyata azwājin mina l-ḍani ith'nayni wamina l-maʿzi ith'nayni qul āldhakarayni ḥarrama ami l-unthayayni ammā ish'tamalat ʿalayhi arḥāmu l-unthayayni nabbiūnī biʿil'min in kuntum ṣādiqīna


وَمِنَ ٱلْإِبِلِ ٱثْنَيْنِ وَمِنَ ٱلْبَقَرِ ٱثْنَيْنِ ۗ قُلْ ءَآلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ ٱلْأُنثَيَيْنِ أَمَّا ٱشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ ٱلْأُنثَيَيْنِ ۖ أَمْ كُنتُمْ شُهَدَآءَ إِذْ وَصَّىٰكُمُ ٱللَّهُ بِهَـٰذَا ۚ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا لِّيُضِلَّ ٱلنَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ ( ١٤٤ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Jenis delapan hewan lainnya ialah sepasang unta dan sepasang sapi. Tanyakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang musyrik, “Apakah Allah mengharamkan hewan itu karena berjenis jantan atau berjenis betina, atau sebab keberadaannya di dalam rahim? Ataukah kalian -wahai orang-orang musyrik- mengaku bahwa kalian hadir ketika Allah memerintahkan agar kalian mengharamkan jenis-jenis tertentu dari hewan-hewan tersebut? Maka tidak ada yang lebih besar kezalimannya dan tidak ada yang lebih besar dosanya daripada orang yang berbohong atas nama Allah dengan mengaku bahwa Allah telah mengharamkan sesuatu yang tidak pernah Dia haramkan, dengan tujuan untuk menyesatkan manusia dari jalan yang benar tanpa dilandasi ilmu yang benar. Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang zalim yang telah berdusta atas nama Allah.” (144)

wamina l-ibili ith'nayni wamina l-baqari ith'nayni qul āldhakarayni ḥarrama ami l-unthayayni ammā ish'tamalat ʿalayhi arḥāmu l-unthayayni am kuntum shuhadāa idh waṣṣākumu l-lahu bihādhā faman aẓlamu mimmani if'tarā ʿalā l-lahi kadhiban liyuḍilla l-nāsa bighayri ʿil'min inna l-laha lā yahdī l-qawma l-ẓālimīna


قُل لَّآ أَجِدُ فِى مَآ أُوحِىَ إِلَىَّ مُحَرَّمًا عَلَىٰ طَاعِمٍ يَطْعَمُهُۥٓ إِلَّآ أَن يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَّسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنزِيرٍ فَإِنَّهُۥ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ ٱللَّهِ بِهِۦ ۚ فَمَنِ ٱضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَإِنَّ رَبَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ( ١٤٥ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul-, “Aku tidak menemukan di dalam kitab suci yang Allah wahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan kecuali hewan yang mati tanpa disembelih, atau darah yang mengalir, atau daging babi karena statusnya najis dan haram, atau hewan yang disembelih atas nama selain Allah, seperti hewan yang disembelih sebagai persembahan untuk berhala mereka. Namun barangsiapa yang berada dalam kondisi darurat yang membuatnya terpaksa mengonsumsi makanan yang haram karena didera rasa lapar yang sangat, bukan sengaja ingin merasakan kelezatannya dan tidak melampaui batasan darurat, maka tidak ada dosa baginya untuk mengonsumsinya. Sesungguhnya Tuhanmu -wahai Rasul- Maha Pengampun lagi Maha Penyayang bagi orang yang terpaksa mengkonsumsi makanan yang haram itu. (145)

qul lā ajidu fī mā ūḥiya ilayya muḥarraman ʿalā ṭāʿimin yaṭʿamuhu illā an yakūna maytatan aw daman masfūḥan aw laḥma khinzīrin fa-innahu rij'sun aw fis'qan uhilla lighayri l-lahi bihi famani uḍ'ṭurra ghayra bāghin walā ʿādin fa-inna rabbaka ghafūrun raḥīmun


وَعَلَى ٱلَّذِينَ هَادُوا۟ حَرَّمْنَا كُلَّ ذِى ظُفُرٍ ۖ وَمِنَ ٱلْبَقَرِ وَٱلْغَنَمِ حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ شُحُومَهُمَآ إِلَّا مَا حَمَلَتْ ظُهُورُهُمَآ أَوِ ٱلْحَوَايَآ أَوْ مَا ٱخْتَلَطَ بِعَظْمٍ ۚ ذَٰلِكَ جَزَيْنَـٰهُم بِبَغْيِهِمْ ۖ وَإِنَّا لَصَـٰدِقُونَ ( ١٤٦ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : "Dan Kami haramkan bagi orang-orang Yahudi hewan-hewan yang jari-jari kakinya tidak terpisah-pisah, seperti unta dan burung unta. Dan Kami haramkan bagi mereka lemak sapi dan kambing, kecuali yang menempel di punggungnya, yang ada di dalam usus, atau yang bercampur dengan tulang pantat dan pinggang. Kami telah membalas kezaliman mereka dengan mengharamkan hal-hal tersebut bagi mereka. Dan Kami benar-benar serius dengan semua hal yang Kami sampaikan. (146)

waʿalā alladhīna hādū ḥarramnā kulla dhī ẓufurin wamina l-baqari wal-ghanami ḥarramnā ʿalayhim shuḥūmahumā illā mā ḥamalat ẓuhūruhumā awi l-ḥawāyā aw mā ikh'talaṭa biʿaẓmin dhālika jazaynāhum bibaghyihim wa-innā laṣādiqūna


فَإِن كَذَّبُوكَ فَقُل رَّبُّكُمْ ذُو رَحْمَةٍ وَٰسِعَةٍ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُهُۥ عَنِ ٱلْقَوْمِ ٱلْمُجْرِمِينَ ( ١٤٧ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Jika mereka mendustakanmu -wahai Rasul- dan tidak percaya kepada apa yang kamu bawa dari Rabbmu katakanlah sebagai dorongan bagi mereka, “Rabb kalian mempunyai kasih sayang yang luas. Dan salah satu bentuk kasih sayang-Nya kepada kalian ialah memberikan tenggang waktu kepada kalian dan tidak tergesa-gesa menimpakan azab-Nya kepada kalian.” Dan peringatkanlah mereka dengan mengatakan, “Sesungguhnya azab-Nya tidak dapat ditolak dari orang-orang yang berbuat maksiat dan dosa.” (147)

fa-in kadhabūka faqul rabbukum dhū raḥmatin wāsiʿatin walā yuraddu basuhu ʿani l-qawmi l-muj'rimīna


سَيَقُولُ ٱلَّذِينَ أَشْرَكُوا۟ لَوْ شَآءَ ٱللَّهُ مَآ أَشْرَكْنَا وَلَآ ءَابَآؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِن شَىْءٍ ۚ كَذَٰلِكَ كَذَّبَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ حَتَّىٰ ذَاقُوا۟ بَأْسَنَا ۗ قُلْ هَلْ عِندَكُم مِّنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَآ ۖ إِن تَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنْ أَنتُمْ إِلَّا تَخْرُصُونَ ( ١٤٨ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Orang-orang musyrik akan menjadikan kehendak dan ketentuan Allah sebagai alasan untuk membenarkan kemusyrikan mereka dengan mengatakan, “Seandainya Allah menghendaki kami dan para leluhur kami untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, tentu kami tidak akan menyekutukan-Nya dengan apa pun. Dan seandainya Allah tidak menghendaki kami mengharamkan apa yang kami haramkan bagi diri kami tentu kami tidak akan mengharamkannya.” Dan alasan batil semacam itulah yang digunakan oleh orang-orang sebelum mereka yang mendustakan rasul-rasul mereka dengan mengatakan, “Seandainya Allah menghendaki kami untuk tidak mendustakan mereka (para Rasul) tentu kami tidak akan mendustakan mereka.” Mereka terus mendustakan para rasul mereka sampai mereka merasakan azab yang Kami timpakan kepada mereka.” Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang musyrik itu, “Apakah kalian mempunyai dalil yang menunjukkan bahwa Allah merestui untuk kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu dan untuk menghalalkan apa yang diharamkan-Nya atau mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya? Terjadinya tindakan itu dari kalian tidak serta merta menunjukkan bahwa Dia merestui perbuatan kalian. Sesungguhnya dalam masalah itu kalian hanya mengikuti prasangka saja. Sedangkan prasangka itu tidak dapat memberikan kebenaran sedikit pun, dan kalian hanya berbohong belaka.” (148)

sayaqūlu alladhīna ashrakū law shāa l-lahu mā ashraknā walā ābāunā walā ḥarramnā min shayin kadhālika kadhaba alladhīna min qablihim ḥattā dhāqū basanā qul hal ʿindakum min ʿil'min fatukh'rijūhu lanā in tattabiʿūna illā l-ẓana wa-in antum illā takhruṣūna


قُلْ فَلِلَّهِ ٱلْحُجَّةُ ٱلْبَـٰلِغَةُ ۖ فَلَوْ شَآءَ لَهَدَىٰكُمْ أَجْمَعِينَ ( ١٤٩ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang musyrik itu, “Jika kalian tidak mempunyai dalil selain argumen-argumen yang lemah itu, sesungguhnya Allah mempunyai argumen yang kuat dan tidak terbantahkan, sehingga alasan-alasan yang kalian kemukakan akan dipatahkan dan syubhat-syubhat yang kalian jadikan sebagai pegangan akan terbantahkan. Dan sekiranya Allah berkehendak membimbing kalian semua -wahai orang-orang musyrik- ke jalan yang benar tentu Dia akan membimbing kalian semua ke jalan yang benar.” (149)

qul falillahi l-ḥujatu l-bālighatu falaw shāa lahadākum ajmaʿīna


قُلْ هَلُمَّ شُهَدَآءَكُمُ ٱلَّذِينَ يَشْهَدُونَ أَنَّ ٱللَّهَ حَرَّمَ هَـٰذَا ۖ فَإِن شَهِدُوا۟ فَلَا تَشْهَدْ مَعَهُمْ ۚ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَـٰتِنَا وَٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِٱلْـَٔاخِرَةِ وَهُم بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ ( ١٥٠ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang musyrik yang mengharamkan apa yang Allah halalkan dan mengklaim bahwa Allah-lah yang mengharamkannya, “Hadirkanlah saksi-saksi kalian yang menyaksikan bahwa Allah telah mengharamkan apa-apa yang kalian haramkan itu.” Jika mereka bersaksi tanpa dilandasi ilmu yang menyatakan bahwa Allah telah mengharamkannya, janganlah kamu -wahai Rasul- percaya pada kesaksian mereka, karena kesaksian mereka itu adalah kesaksian palsu. Dan janganlah kamu mengikuti orang-orang yang menjadikan hawa nafsu mereka sebagai sumber hukum. Mereka telah mendustakan ayat-ayat Kami ketika mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan bagi mereka. Dan janganlah kamu mengikuti orang-orang yang tidak beriman kepada hari Akhir dan menyekutukan tuhan mereka serta menyetarakan-Nya dengan yang lain. Bagaimana mungkin orang yang berperilaku seperti itu kepada tuhannya bisa dijadikan sebagai panutan? (150)

qul halumma shuhadāakumu alladhīna yashhadūna anna l-laha ḥarrama hādhā fa-in shahidū falā tashhad maʿahum walā tattabiʿ ahwāa alladhīna kadhabū biāyātinā wa-alladhīna lā yu'minūna bil-ākhirati wahum birabbihim yaʿdilūna


۞ قُلْ تَعَالَوْا۟ أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ ۖ أَلَّا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَـٰنًا ۖ وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَوْلَـٰدَكُم مِّنْ إِمْلَـٰقٍ ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ ۖ وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلْفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ۖ وَلَا تَقْتُلُوا۟ ٱلنَّفْسَ ٱلَّتِى حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلْحَقِّ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ ( ١٥١ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada manusia, “Kemarilah! Aku akan membacakan untuk kalian apa yang telah Allah haramkan. Dia telah mengharamkan kalian menyekutukan-Nya dengan makhluk-Nya; durhaka kepada orangtua kalian, justru kalian wajib berbakti kepadanya; dan membunuh anak-anak kalian karena takut miskin seperti yang dilakukan oleh orang-orang jahiliah. Karena Kami-lah yang memberikan rezeki kepada kalian dan kepada mereka. Allah juga mengharamkan kalian melakukan perbuatan keji, baik secara terang-terangan maupun tersembunyi. Dan Allah pun telah mengharamkan kalian membunuh orang yang nyawanya dilindungi oleh Allah, kecuali ada alasan yang dibenarkan, seperti orang yang berzina dan statusnya telah menikah atau orang yang murtad sesudah memeluk Islam. Hal-hal tersebut adalah wasiat Allah kepada kalian agar kalian mengerti perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya. (151)

qul taʿālaw atlu mā ḥarrama rabbukum ʿalaykum allā tush'rikū bihi shayan wabil-wālidayni iḥ'sānan walā taqtulū awlādakum min im'lāqin naḥnu narzuqukum wa-iyyāhum walā taqrabū l-fawāḥisha mā ẓahara min'hā wamā baṭana walā taqtulū l-nafsa allatī ḥarrama l-lahu illā bil-ḥaqi dhālikum waṣṣākum bihi laʿallakum taʿqilūna


وَلَا تَقْرَبُوا۟ مَالَ ٱلْيَتِيمِ إِلَّا بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ حَتَّىٰ يَبْلُغَ أَشُدَّهُۥ ۖ وَأَوْفُوا۟ ٱلْكَيْلَ وَٱلْمِيزَانَ بِٱلْقِسْطِ ۖ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۖ وَإِذَا قُلْتُمْ فَٱعْدِلُوا۟ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰ ۖ وَبِعَهْدِ ٱللَّهِ أَوْفُوا۟ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ( ١٥٢ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan diharamkan bagi kalian mengusik harta anak yatim (yaitu anak yang ayahnya meninggal sebelum ia akil balig) kecuali dengan tujuan mengurus dan mengembangkan hartanya hingga ia balig dan benar-benar dewasa. Allah juga mengharamkan kalian mengurangi takaran dan timbangan. Kalian harus berlaku adil dalam mengambil dan menyerahkan barang dalam transaksi jual-beli. Kami tidak pernah memberikan beban kepada seseorang melainkan sebatas kemampuannya. Maka tambahan atau kekurangan yang sulit dihindari dalam urusan penakaran dan lain-lain tidak dikenakan sanksi apa pun. Allah juga mengharamkan kalian mengucapkan kata-kata yang tidak benar, baik dalam memberikan informasi maupun kesaksian, tanpa keberpihakan kepada kerabat atau teman. Dan Allah juga mengharamkan kalian melanggar perjanjian dengan Allah, jika kalian berjanji kepada Allah atau berjanji atas nama Allah. Hal-hal tersebut; Allah perintahkan kepada kalian dengan perintah yang kuat dengan harapan kalian mengingat akibat yang akan diterima di kemudian hari. (152)

walā taqrabū māla l-yatīmi illā bi-allatī hiya aḥsanu ḥattā yablugha ashuddahu wa-awfū l-kayla wal-mīzāna bil-qis'ṭi lā nukallifu nafsan illā wus'ʿahā wa-idhā qul'tum fa-iʿ'dilū walaw kāna dhā qur'bā wabiʿahdi l-lahi awfū dhālikum waṣṣākum bihi laʿallakum tadhakkarūna


وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ( ١٥٣ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Allah mengharamkan kalian mengikuti jalan-jalan kesesatan. Kalian harus mengikuti jalan Allah yang lurus dan tidak bengkok. Karena jalan-jalan kesesatan akan membawa kalian kepada perpecahan dan menjauh dari jalan yang benar. Perintah mengikuti jalan Allah yang lurus itu adalah wasiat dari Allah agar kalian takut kepada-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. (153)

wa-anna hādhā ṣirāṭī mus'taqīman fa-ittabiʿūhu walā tattabiʿū l-subula fatafarraqa bikum ʿan sabīlihi dhālikum waṣṣākum bihi laʿallakum tattaqūna


ثُمَّ ءَاتَيْنَا مُوسَى ٱلْكِتَـٰبَ تَمَامًا عَلَى ٱلَّذِىٓ أَحْسَنَ وَتَفْصِيلًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لَّعَلَّهُم بِلِقَآءِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ ( ١٥٤ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Setelah memberitahukan hal-hal tersebut di atas, Kami beritahukan bahwa Kami telah memberikan kitab suci Taurat kepada Musa untuk menyempurnakan nikmat yang Kami berikan sebagai balasan atas amal baiknya. Juga untuk menjelaskan segala hal yang dibutuhkannya dalam masalah agama. Dan juga untuk menunjukkan kebenaran serta sebagai wujud kasih sayang-Nya supaya mereka percaya akan perjumpaan dengan Rabb mereka di hari Kiamat. Dengan demikian mereka akan bersiap-siap untuk menyambut hari itu dengan melakukan amal saleh. (154)

thumma ātaynā mūsā l-kitāba tamāman ʿalā alladhī aḥsana watafṣīlan likulli shayin wahudan waraḥmatan laʿallahum biliqāi rabbihim yu'minūna


وَهَـٰذَا كِتَـٰبٌ أَنزَلْنَـٰهُ مُبَارَكٌ فَٱتَّبِعُوهُ وَٱتَّقُوا۟ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ( ١٥٥ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sedangkan Al-Qur`ān ini adalah kitab suci yang Kami turunkan dengan limpahan berkah yang banyak. Karena Al-Qur`ān ini berisi banyak hal yang bermanfaat terkait masalah agama dan dunia. Maka ikutilah apa yang diturunkan di dalamnya dan jangan melanggarnya agar kalian mendapatkan kasih sayang-Nya. (155)

wahādhā kitābun anzalnāhu mubārakun fa-ittabiʿūhu wa-ittaqū laʿallakum tur'ḥamūna


أَن تَقُولُوٓا۟ إِنَّمَآ أُنزِلَ ٱلْكِتَـٰبُ عَلَىٰ طَآئِفَتَيْنِ مِن قَبْلِنَا وَإِن كُنَّا عَن دِرَاسَتِهِمْ لَغَـٰفِلِينَ ( ١٥٦ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Agar kalian -wahai orang-orang musyrik Arab- tidak berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menurunkan kitab suci Taurat dan Injil kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani yang hidup sebelum kami, dan tidak menurunkan kitab suci apa pun kepada kami. Dan kami tidak bisa membaca kitab-kitab suci mereka itu karena menggunakan bahasa mereka dan tidak menggunakan bahasa kami.” (156)

an taqūlū innamā unzila l-kitābu ʿalā ṭāifatayni min qablinā wa-in kunnā ʿan dirāsatihim laghāfilīna


أَوْ تَقُولُوا۟ لَوْ أَنَّآ أُنزِلَ عَلَيْنَا ٱلْكِتَـٰبُ لَكُنَّآ أَهْدَىٰ مِنْهُمْ ۚ فَقَدْ جَآءَكُم بَيِّنَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ ۚ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن كَذَّبَ بِـَٔايَـٰتِ ٱللَّهِ وَصَدَفَ عَنْهَا ۗ سَنَجْزِى ٱلَّذِينَ يَصْدِفُونَ عَنْ ءَايَـٰتِنَا سُوٓءَ ٱلْعَذَابِ بِمَا كَانُوا۟ يَصْدِفُونَ ( ١٥٧ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan supaya kalian -wahai orang-orang musyrik- tidak berkata, “Sekiranya Allah menurunkan kitab suci kepada kami seperti yang diturunkan-Nya kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani, niscaya kami akan lebih baik dari mereka.” Padahal kalian telah didatangi kitab suci yang Allah turunkan kepada Nabi kalian, Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan menggunakan bahasa kalian. Dan Kitab Suci itu adalah hujah yang jelas, petunjuk ke jalan yang benar dan rahmat bagi umat. Maka janganlah kalian mengajukan alasan-alasan yang lemah dan dalih-dalih yang batil. Tidak ada orang yang lebih zalim dari orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling darinya. Kelak Kami akan menghukum orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat Kami dengan hukuman yang sangat keras. Kami akan memasukkan mereka ke dalam Neraka Jahanam sebagai balasan atas tindakan mereka yang telah berpaling dari ayat-ayat Kami dan mengabaikannya. (157)

aw taqūlū law annā unzila ʿalaynā l-kitābu lakunnā ahdā min'hum faqad jāakum bayyinatun min rabbikum wahudan waraḥmatun faman aẓlamu mimman kadhaba biāyāti l-lahi waṣadafa ʿanhā sanajzī alladhīna yaṣdifūna ʿan āyātinā sūa l-ʿadhābi bimā kānū yaṣdifūna


هَلْ يَنظُرُونَ إِلَّآ أَن تَأْتِيَهُمُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ أَوْ يَأْتِىَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِىَ بَعْضُ ءَايَـٰتِ رَبِّكَ ۗ يَوْمَ يَأْتِى بَعْضُ ءَايَـٰتِ رَبِّكَ لَا يَنفَعُ نَفْسًا إِيمَـٰنُهَا لَمْ تَكُنْ ءَامَنَتْ مِن قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِىٓ إِيمَـٰنِهَا خَيْرًا ۗ قُلِ ٱنتَظِرُوٓا۟ إِنَّا مُنتَظِرُونَ ( ١٥٨ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Orang-orang kafir itu hanya menunggu kedatangan Malaikat maut dan para pembantunya untuk mencabut nyawa mereka di dunia. Atau menunggu kedatangan Rabbmu -wahai Rasul- di Akhirat untuk menjatuhkan keputusan yang tegas kepada mereka. Atau menunggu datangnya sebagian tanda-tanda dari Rabbmu yang menunjukkan akan datangnya hari Kiamat. Dan pada hari datangnya sebagian tanda-tanda dari Rabbmu -seperti terbitnya matahari dari barat- imannya orang yang kafir tidak akan berguna baginya, dan amal baik seorang mukmin tidak akan berguna baginya apabila ia belum pernah berbuat baik sedikit pun sebelumnya. Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang yang musyrik serta mendustakanmu itu, “Tunggulah salah satu dari hal-hal tersebut. Sesungguhnya Kami pun sedang menunggunya.” (158)

hal yanẓurūna illā an tatiyahumu l-malāikatu aw yatiya rabbuka aw yatiya baʿḍu āyāti rabbika yawma yatī baʿḍu āyāti rabbika lā yanfaʿu nafsan īmānuhā lam takun āmanat min qablu aw kasabat fī īmānihā khayran quli intaẓirū innā muntaẓirūna


إِنَّ ٱلَّذِينَ فَرَّقُوا۟ دِينَهُمْ وَكَانُوا۟ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِى شَىْءٍ ۚ إِنَّمَآ أَمْرُهُمْ إِلَى ٱللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَفْعَلُونَ ( ١٥٩ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang membuat agama mereka terpecah belah, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani yang mengambil sebagian agamanya dan mengabaikan sebagian yang lain, dan mereka terpecah belah menjadi kelompok-kelompok yang berselisih paham itu sama sekali bukan golonganmu, wahai Rasul. Kamu sama sekali tidak bertanggung jawab atas kesesatan mereka. Tugasmu hanyalah memberikan peringatan kepada mereka. Maka urusan mereka diserahkan kepada Allah. Kemudian pada hari Kiamat kelak Allah akan memberitahukan kepada mereka perihal apa yang telah mereka perbuat di dunia. Lalu Dia akan memberikan balasan yang setimpal kepada mereka. (159)

inna alladhīna farraqū dīnahum wakānū shiyaʿan lasta min'hum fī shayin innamā amruhum ilā l-lahi thumma yunabbi-uhum bimā kānū yafʿalūna


مَن جَآءَ بِٱلْحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ وَمَن جَآءَ بِٱلسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰٓ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ ( ١٦٠ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Orang mukmin yang datang pada hari Kiamat dengan membawa kebajikan akan dilipatgandakan (pahalanya) oleh Allah sebanyak sepuluh kali lipat. Sedangkan orang yang datang dengan membawa keburukan hanya akan dihukum berdasarkan besar atau kecilnya keburukan tersebut, tidak akan dilebihkan dari itu. Dan pada hari Kiamat nanti mereka tidak akan dizalimi dengan cara dikurangi (pahala) kebajikannya maupun ditambah hukuman keburukannya. (160)

man jāa bil-ḥasanati falahu ʿashru amthālihā waman jāa bil-sayi-ati falā yuj'zā illā mith'lahā wahum lā yuẓ'lamūna


قُلْ إِنَّنِى هَدَىٰنِى رَبِّىٓ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِّلَّةَ إِبْرَٰهِيمَ حَنِيفًا ۚ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ( ١٦١ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang yang musyrik dan mendustakanmu itu, “Sesungguhnya aku dibimbing oleh Rabbku menuju jalan yang lurus. Yaitu jalan agama yang menegakkan kemaslahatan dunia dan Akhirat. Agama itu adalah agama Ibrahim yang senantiasa cenderung kepada kebenaran dan sama sekali tidak termasuk golongan orang-orang musyrik. (161)

qul innanī hadānī rabbī ilā ṣirāṭin mus'taqīmin dīnan qiyaman millata ib'rāhīma ḥanīfan wamā kāna mina l-mush'rikīna


قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَـٰلَمِينَ ( ١٦٢ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul-, “Sesungguhnya salatku, sembelihan yang aku persembahkan untuk Allah dan dengan menyebut nama Allah bukan nama yang lain, serta hidup dan matiku, semuanya untuk Allah, satu-satunya Tuhan yang menguasai segenap makhluk, tidak ada Tuhan lain yang memiliki bagian di dalamnya. (162)

qul inna ṣalātī wanusukī wamaḥyāya wamamātī lillahi rabbi l-ʿālamīna


لَا شَرِيكَ لَهُۥ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُسْلِمِينَ ( ١٦٣ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dia lah -Subḥānahu- satu-satunya Tuhan yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia. Akidah tauhid yang bersih dari unsur syirik inilah yang Allah perintahkan kepadaku. Dan aku orang pertama di antara umat ini yang mendekatkan diri kepada-Nya.” (163)

lā sharīka lahu wabidhālika umir'tu wa-anā awwalu l-mus'limīna


قُلْ أَغَيْرَ ٱللَّهِ أَبْغِى رَبًّا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَىْءٍ ۚ وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُم مَّرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ ( ١٦٤ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Katakanlah -wahai Rasul- kepada orang-orang musyrik itu, “Apakah aku akan mencari tuhan lain selain Allah, sedangkan Dia -Subḥānahu wa Ta'ālā- Rabb bagi segala sesuatu? Dia Rabb bagi tuhan-tuhan yang kalian sembah selain Dia. Dan orang yang tidak bersalah tidak akan menanggung dosa orang lain. Kemudian hanya kepada Allah-lah kalian akan dikembalikan di hari Kiamat. Lalu Dia akan memberitahu kalian perihal urusan agama yang kalian perselisihkan di dunia.” (164)

qul aghayra l-lahi abghī rabban wahuwa rabbu kulli shayin walā taksibu kullu nafsin illā ʿalayhā walā taziru wāziratun wiz'ra ukh'rā thumma ilā rabbikum marjiʿukum fayunabbi-ukum bimā kuntum fīhi takhtalifūna


وَهُوَ ٱلَّذِى جَعَلَكُمْ خَلَـٰٓئِفَ ٱلْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَـٰتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ ٱلْعِقَابِ وَإِنَّهُۥ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌۢ ( ١٦٥ )

Diterjemahkan Oleh : Al-Mukhtasar (indonesian)

Artinya : Dan Allah-lah yang menjadikan kalian sebagai penerus umat-umat sebelum kalian untuk memakmurkan bumi dan meninggikan derajat sebagian dari kalian dari segi fisik, rezeki, dan lain-lain di atas sebagian yang lain, untuk menguji kalian di dalam karunia yang Dia berikan kepada kalian. Sesungguhnya Rabbmu -wahai Rasul- Mahacepat hukuman-Nya. Segala sesuatu yang akan datang adalah dekat bagi-Nya. Dan Dia Maha Menerima tobat lagi Maha Penyayang bagi hamba-hamba-Nya. (165)

wahuwa alladhī jaʿalakum khalāifa l-arḍi warafaʿa baʿḍakum fawqa baʿḍin darajātin liyabluwakum fī mā ātākum inna rabbaka sarīʿu l-ʿiqābi wa-innahu laghafūrun raḥīmun